REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Suminto, mengatakan pembiayaan infrastruktur pada tahun 2024 akan menggunakan strategi pembiayaan kreatif. Pemerintah juga akan menerbitkan utang baru yang terbagi menjadi tiga bagian.
"Khusus untuk pembiayaan infrastruktur, kami akan menerapkan strategi pembiayaan kreatif," kata Suminto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dipantau secara virtual di Jakarta, Selasa (13/6/2023).
Strategi kreatif tersebut yakni dengan meningkatkan partisipasi swasta melalui pembiayaan kreatif, menjaga elemen kualitas dalam infrastruktur dengan penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (environment, social and governance/ESG), serta ekstensi program kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU), pembiayaan campuran, dan lain-lain.
Kemudian, melalui pengoptimalan dan memperkaya instrumen dengan risiko yang kecil, kerja sama dengan lembaga internasional, optimalisasi peran Special Mission Vehicles (SMVs), dan menjaga pengelolaan risiko fiskal yang hati-hati.
Sementara untuk strategi pembiayaan utang pada tahun depan, Suminto menyebutkan akan dilakukan dengan mengendalikan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) pada batas aman, mengoptimalkan sumber domestik dan luar negeri sebagai pelengkap, serta mengembangkan instrumen utang dan perluasan basis investor.
Strategi selanjutnya, yakni dengan mengembangkan pembiayaan kreatif dan optimalisasi instrumen pembiayaan non-utang, pemanfaatan lindung nilai untuk pengendalian risiko utang, peningkatan kinerja pinjaman kegiatan untuk menciptakan dampak pengganda yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat, serta mengoptimalkan pinjaman tunai (program) sebagai penyangga pembiayaan dalam rangka fleksibilitas pembiayaan.
Ia menambahkan, rencana penerbitan baru utang pada tahun 2024 terbagi dalam tiga bagian. Pertama untuk surat berharga negara (SBN) rupiah, dilakukan melalui lelang dan nonlelang.
Lelang SBN rupiah akan dilakukan dengan terjadwal seperti biasanya dengan transparansi jadwal, target indikatif, dan hasil lelang. Sementara penerbitan non lelang dilakukan melalui SBN ritel berjenis ORI, sukuk ritel, sukuk tabungan, Saving Bond Ritel, dan Sukuk Wakaf Ritel.
Kedua, untuk SBN valuta asing (valas) diterbitkan di pasar global dalam hard currency (mata uang yang memiliki nilai kuat terhadap yang lain), antara lain dolar AS, euro, dan yen Jepang. Ketiga, untuk penarikan pinjaman dilakukan dari dalam negeri dan luar negeri, dimana pinjaman luar negeri meliputi pinjaman kegiatan serta pinjaman tunai.