Rabu 14 Jun 2023 13:11 WIB

Terapkan Sustainable Finance, Kredit Berkelanjutan BRI Tumbuh Rp 710,9 T

BRI optimistis menjadi market leader dalam penerapan ESG.

Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto.
Foto: Dok. BRI
Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan sustainable finance terus menjadi concern utama seluruh kalangan industri, tak terkecuali industri keuangan. Hal ini dilakukan untuk menjawab isu lingkungan sebagai tantangan global terbesar pada masa depan, salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI yang senantiasa terus berkomitmen menerapkan sustainable finance atau keuangan berkelanjutan, sebagai dukungan terhadap program ekonomi hijau pemerintah.

Seperti diketahui, isu lingkungan sendiri masuk dalam top ten global risk dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. Pemerintah Indonesia dalam hal ini berkomitmen untuk menurunkan sekitar 32 persen efek gas rumah kaca pada 2030. 

Baca Juga

Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengatakan, BRI bersama-sama dengan seluruh stakeholder berupaya untuk merealisasikan target tersebut. “Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, tapi harus berkolaborasi dengan seluruh stakeholder. Artinya, ketika kita bicara green economy yang merupakan bagian dari sustainable finance, pasti ada kontribusi pemerintah, ada kontribusi dari sektor riil, ada kontribusi dari sektor keuangan, dan tidak kalah penting adalah ada juga kontribusi dari masyarakat secara umum,” ujarnya dalam acara Green Economy Forum, dalam keterangan tertulis, Rabu (14/6/2023).

Adapun untuk BRI sendiri, bank terbesar di Indonesia ini mencatat pertumbuhan penyaluran kredit berkelanjutan sebesar 11,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angkanya bertambah menjadi Rp710,9 triliun pada akhir kuartal I 2023 dari yang sebelumnya Rp639,9 triliun per kuartal I-2022. Dengan kinerja tersebut, BRI optimistis dapat menjadi market leader dalam penerapan ESG.

Kredit berkelanjutan tersebut disalurkan pada berbagai sektor, di antaranya segmen UMKM, energi terbarukan, hingga transportasi ramah lingkungan. Adapun kontribusi segmen UMKM menjadi yang terbesar dengan persentase hingga 88,7 persen terhadap portofolio Kredit Kriteria Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) BRI atau setara Rp630,7 triliun.

 

Dorong Ekonomi Hijau

Solichin yang juga menjadi pengurus di bidang legal dan ESG Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) menjelaskan, ekonomi hijau di Tanah Air perlu terus didorong. Dia memaparkan, portofolio sustainable finance 4 bank terbesar di Indonesia mencapai sekitar Rp 1.290 triliun. Dari jumlah itu, porsi green project baru Rp 326 triliun dan sisanya aspek sosial. 

Oleh karena itu, dalam memandang ekonomi hijau yang lebih spesifik dari keuangan berkelanjutan, menurutnya bisa dilihat dari sisi aset maupun liabilitas. Dari sisi aset merupakan portofolio pinjaman yang bergantung pada demand. Dari sisi liabilitas akan menyangkut regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan yang sudah siap sekarang ini adalah green bond.

Sementara, dari sudut pandang perbankan, harapannya ada insentif untuk menerbitkan green bond. Sebab, ketika bank menerbitkan green bond akan digunakan untuk membayar green project atau memutar ekonomi hijau. 

"Nah, green project itu pasti inginnya ada special interest. Kalau ingin pembiayaan green project makin cepat dengan potensi yang makin besar ke depan, mari sama-sama kita dukung dari seluruh stakeholder, agar nanti kalau perbankan menerbitkan green bond mendapatkan special interest, dapat diskon tidak harga premium seperti sekarang,” katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement