Rabu 14 Jun 2023 17:21 WIB

Pantura Paling Rawan Terkena Dampak Kekeringan Akibat El Nino

Berdasarkan data 10 tahun terakhir, lahan kekeringan di Jabar seluas 32.000 hektare.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ratusan hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mengalami kekeringan parah.
Foto: Dok Istimewa
Ratusan hektare tanaman padi di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu mengalami kekeringan parah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) mengingatkan, dampak kekeringan menyusul datangnya El Nino. Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi (BMKG), El Nino diprediksi terjadi hingga Januari 2024.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPH Jabar Yanti Hidayatun Zakiyah, dampak kekeringan akibat El Nino akan dirasakan di seluruh wilayah Jabar. Daerah paling rawan kekeringan berada di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jabar di antaranya Indramayu dan Karawang.

"El Nino itu diperkirakan sampai Januari 2024. Daerah rawan kekeringan kebanyakan di Pantura, seperti Indramayu itu paling luas hampir 230.000 hektare dan itu mayoritas sawah. Kemudian Karawang, jadi memang kita fokus di daerah Pantura yang merupakan daerah rawan kekeringan," ujar Yanti dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (14/6/2023).

Yanti menjelaskan, berdasarkan data 10 tahun terakhir, jumlah lahan kekeringan di Jabar rata-rata seluas 32.000 hektare yang disebabkan oleh El Nino.

"Kalau kita lihat di 10 tahun terakhir ada data lahan kekeringan di Jabar memang fluktuatif. Dan yang paling tinggi terjadi di 2015 dan 2019 sampai 95 ribu hektare. Tetapi rata-rata selama 10 tahun terakhir di 32 hektare lahan kekeringan yang terjadi di Jabar yang diakibatkan El Nino," papar Yanti.

Kekeringan, kata dia, akan berdampak pada ketahanan pangan di Jabar. Karena itu, BPTH telah menerjunkan tim untuk memantau dampak kekeringan di berbagai wilayah khususnya daerah lumbung pangan.

Untuk mengantisipasi hal itu, kata dia, DPTH mengimbau masyarakat untuk mempercepat waktu tanam selama curah hujan masih turun. Kemudian, beralih tanam dengan varietas tanaman yang tahan kekeringan seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian.

Pertama , kata dia, pihaknya melakukan percepatan tanam. Jadi sebetulnya sekarang ini masih karena ada sisa-sisa hujan. 

"Jadi dilakukan percepatan tanam, kemudian yang kedua menggunakan varietas tahan kekeringan dan berumur pendek antara 85 - 95 hari. Seperti kacang tanah, kedelai, kacang hijau dan umbi-umbian," katanya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement