REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (Ketum PP) Muhammadiyah sejak 1968-1990 KH Abdur Rozak Fachruddin atau yang akrab dipanggil Pak AR atau KH AR Fachruddin adalah sosok yang layak untuk menyandang gelar post-servant leader.
Hal ini disampaikan oleh Muhammad Ikhwan Ahada dalam Ujian Disertasi Terbuka (Promosi Doktor) Program Studi Doktor Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Selasa (13/6/2023) yang bertempat di Ruang Sidang Pascasarjana UMY.
“Kepribadian kepemimpinan KH AR Fachruddin terbuka, empati, berkomitmen untuk mengayomi, menarik simpati, dan kepercayaan anggota bahkan orang lain," katanya.
Ustadz Ikhwan menyebut Pak AR melayani bawahan dan masyarakat umum, tidak membeda-bedakan, mengembangkan religiusitas, demokratis, sahaja dan sederhana. Hal ini menjadi contoh bahwa KH AR Fachruddin memenuhi bahkan melebihi nilai servant leader.
"Dan hal ini menjelaskan bahwa KH AR Fachruddin layak menyandang gelar post-servant leader," ujarnya.
Mengangkat judul disertasi Oase Kepemimpinan KH AR Fachruddin sebagai Servant Leader Analisis Psikologi Kepemimpinan, Ustadz Ikhwan juga menyampaikan kelebihan beserta kekurangan dari disertasinya.
“Kelebihan disertasi ini mencoba untuk memotret Pak AR bukan hanya memenuhi konsep dari servant leader. Melainkan, menyampaikan fakta bahwa Pak AR merupakan sosok yang melebihi nilai dari servant leader itu sendiri. Adapun kekurangannya, tidak mempertimbangkan informasi yang dapat diperoleh dari keluarga inti Pak AR sendiri,” ucapnya.
Muh. Ikhwan Ahada yang juga merupakan ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,93. Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Sidang sekaligus Rektor UMY Prof. Gunawan Budiyanto. Pernyataan kelulusan ini disampaikan setelah melakukan serangkaian ujian disertasi.
Prof. Hilman Latief yang turut menjadi penguji dalam ujian disertasi terbuka kali ini menyampaikan masukan kepada Muh. Ikhwan Ahada dengan menyarankan agar ia mengenal lebih jauh profil KH AR Fachruddin dalam konteks berorganisasi.
“Ke depannya, dapat mengambil langkah lebih jauh dalam mengeksplorasi profil KH AR Fachruddin dalam bersyarikat. Bukan hanya profil KH AR Fachruddin sebagai seorang individu. Walaupun banyak nilai kebaikan dalam diri KH AR Fachruddin, penjelasan jati diri dalam berorganisasi juga perlu ditekankan,” ucap Dirjen Penyelenggaran Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia itu.
Promotor penguji pertama, yakni Prof. Siswanto Masruri menyampaikan catatan dari keseluruhan prosesi ujian disertasi.
“Topik yang diambil merupakan isu yang menarik dan seksi untuk dibahas. Gelar doktor adalah gelar akademik bukan gelar agama. Gelar ini membuat manusia dikenal, namun belum tentu dikenal oleh Tuhan. Maka dari itu, seimbangkan dengan pencapaian gelar takwa. Dengan menjadi seorang doktor, pribadi seseorang harus lebih merunduk dengan gelar yang disandang,” ujarnya.