Kamis 15 Jun 2023 06:05 WIB

Harga Minyak Jatuh, Tertekan Prospek Kenaikan Suku Bunga Fed

Fed memproyeksi akan naikkan suku bunga dua kali lagi.

Harga dan kadar bensin ditampilkan di pompa bensin Shell Jumat, 26 Mei 2023. Harga minyak mentah berjangka jatuh pada akhir perdagangan Rabu (14/6/2023).
Foto: AP Photo/David Zalubowski
Harga dan kadar bensin ditampilkan di pompa bensin Shell Jumat, 26 Mei 2023. Harga minyak mentah berjangka jatuh pada akhir perdagangan Rabu (14/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak mentah berjangka jatuh pada akhir perdagangan Rabu (14/6/2023), tertekan oleh prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve dalam tahun 2023. Jatuhnya harga juga karena peningkatan besar mingguan tak terduga persediaan minyak minyak mentah AS minggu lalu.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, tergelincir 1,15 dolar AS atau 1,66 persen, menjadi menetap pada 68,27 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus merosot 1,09 dolar AS atau 1,47 persen, menjadi ditutup pada 73,20 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Kedua harga acuan telah naik lebih dari 1,5 persen di awal sesi. Mereka naik lebih dari tiga persen pada hari sebelumnya di tengah ekspektasi kenaikan permintaan bahan bakar setelah bank sentral China menurunkan suku bunga pinjaman jangka pendek.

Meskipun Federal Reserve AS pada Rabu mempertahankan kisaran target suku bunga dana federal tidak berubah pada 5,0 persen hingga 5,25 persen, para pembuat kebijakan moneter Fed menaikkan proyeksi suku bunga dana federal untuk 2023 menjadi 5,6 persen dari 5,1 persen pada Maret. Ini menunjukkan bahwa Fed dapat melanjutkan kenaikan suku bunga setelah jeda.

Pelaku pasar memperkirakan Fed akan memberikan dua kenaikan suku bunga lagi pada 2023 dengan prospek permintaan minyak di bawah tekanan tambahan. Suku bunga yang lebih tinggi memperkuat dolar, membuat komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Pasar khawatir bahwa lingkungan suku bunga yang lebih tinggi akan menurunkan permintaan minyak. Reaksi spontan mendorong minyak turun," kata analis Price Group, Phil Flynn.

Sementara itu, persediaan minyak mentah komersial AS meningkat 7,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 9 Juni berbeda dengan ekspektasi pasar untuk penurunan ringan, menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Energi (EIA) AS pada Rabu. Laporan EIA memberi tekanan pada pasar minyak tetapi pedagang tetap fokus pada keputusan Fed yang akan datang, kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.

Minyak WTI tetap terikat kisaran tanpa tren yang jelas dalam jangka pendek, meskipun jelas akan membutuhkan katalis yang signifikan untuk mendapatkan momentum kenaikan yang berkelanjutan, tambah Zernov.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement