REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Paris adalah kota keempat dengan populasi tikus terbanyak di dunia, setelah Deshnoke di India, London di Inggris, dan New York di Amerika Serikat. Populasi tikus di Paris mencapai enam juta, lebih banyak daripada jumlah populasi manusia yang mencapai 2,1 juta.
Majalah Le Point melaporkan, Paris dan tikusnya memiliki sejarah yang panjang. Selama berabad-abad, tikus telah hadir dalam kehidupan sehari-hari. Pada abad ke-19, hewan pengerat berkerumun di selokan, tiang penyangga, bahkan di sarung tangan atau di panci masak.
“Kohabitasi Paris dengan tikusnya bukanlah hal baru. Selama berabad-abad hewan pengerat telah menjadi sahabat tertua penduduk ibu kota, membangkitkan rasa jijik, histeria, legenda, dan fantasi pada saat yang bersamaan," ujar laporan Le Point.
Tikus adalah penyebab utama penyebaran penyakit pes di abad ke-14 yang membunuh hampir separuh populasi. Namun seiring berjalannya waktu, tikus dilatih untuk tampil dalam pertunjukan, balapan, dan perkelahian.
Bahkan kini orang-orang di Paris sudah terbiasa dengan kehadiran tikus, sehingga media lokal menulis candaan bahwa tikus adalah bagian dari dekorasi Paris yang tidak menyenangkan. Tikus di Paris adalah fakta dari kehidupan sehari-hari.
Wali Kota Paris, Anne Hidalgo membentuk sebuah komite untuk mempelajari apakah tikus dan manusia dapat hidup berdampingan. Pemerintah Prancis juga membiayai proyek bernama Project Armageddon yang punya misi membantu kota dalam mengelola populasi tikus.
Salah satu tujuan proyek ini adalah memerangi prasangka terhadap tikus untuk membantu warga Paris hidup lebih baik bersama mereka. Proyek itu sedang mempelajari sejauh mana manusia dan tikus dapat hidup bersama dengan cara yang paling efisien.