Kamis 15 Jun 2023 11:14 WIB

Lukisan Karya Maestro Monet Jadi Sasaran Vandalisme Dua Aktivis Iklim

Aksi vandalisme yang menargetkan lukisan Claude Monet tak hanya kali ini saja.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Aksi vandalisme/ilustrasi
Foto: fotolog.com
Aksi vandalisme/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM – Lukisan karya maestro Claude Monet yang dipajang di Museum Nasional Stockholm, Swedia, menjadi sasaran aksi protes dan vandalisme dua aktivis iklim, Rabu (14/6/2023). Mereka mengoleskan cat merah dan menempelkan tangannya ke kaca pelindung lukisan yang berjudul “The Artist’s Garden at Giverny” tersebut.

 

Baca Juga

“Dua wanita berusia sekitar 25 dan 30 tahun ditangkap,” kata polisi dalam keterangannya pasca aksi penyerangan terhadap lukisan Monet. Organisasi Aterstall Vatmarker mengaku bertanggung jawab atas kejadian itu.

Lewat akun Facebook-nya, Aterstall Vatmarker mengunggah video ketika dua wanita mengoleskan cat merah pada kaca pelindung lukisan, kemudian menempelkan tangan mereka. “Situasi (iklim) sedang genting dan kesehatan kita terancam,” pekik kedua wanita tersebut saat sedang melakukan aksinya.

Aterstall Vatmarker menuduh Pemerintah Swedia tidak menghormati iklim internasionalnya. “Kita harus menurunkan emisi kita hingga 31 persen. Tapi emisi kita masih meningkat. Ini keterlaluan,” ujar Juru Bicara Aterstall Vatmarker Helen Wahlgren.

Sementara itu, pengelola Museum Nasional Stockholm mengungkapkan, mereka belum mengetahui apakah aksi vandalistis yang dilakukan dua aktivis dari Aterstall Vatmarker menyebabkan kerusakan pada lukisan The Artist’s Garden at Giverny. “Lukisan itu sedang diperiksa oleh kurator museum untuk melihat apakah ada kerusakan,” katanya.

Aksi vandalisme aktivis iklim yang menargetkan lukisan karya maestro Claude Monet tidak hanya terjadi kali ini saja. Pada Oktober 2022, dua aktivis iklim dari kelompok Letzte Generation melemparkan kentang tumbuk ke lukisan “Les Mueles” karya Monet yang berada di Potsdam’s Barberini Museum, Jerman. Tindakan tersebut ditujukan untuk mendesak penghentian penggunaan bahan bakar fosil.

“Jika dibutuhkan sebuah lukisan, dengan #MashedPotatoes atau #TomatoSoup yang dilemparkan padanya, untuk membuat masyarakat ingat bahwa bahan bakar fosil membunuh kita semua: Maka kami akan memberi Anda #MashedPotatoes pada sebuah lukisan!” tulis Letzte Generation lewat akun Twitter-nya seraya mengunggah video saat kedua anggotanya melemparkan kentang tumbuk ke lukisan Monet pada 23 Oktober 2022 lalu.

Salah satu aktivis yang terlibat dalam pelemparan lukisan Monet turut menyampaikan hal serupa saat melakukan aksinya. "Apakah perlu kentang tumbuk pada lukisan untuk membuatmu mendengarkan? Lukisan ini tidak akan bernilai apa-apa jika kita harus berebut makanan. Kapan Anda akhirnya akan mulai mendengarkan?" katanya, dikutip laman the Guardian.

Menurut kantor berita Jerman, DPA, secara total terdapat empat orang yang terlibat dalam aksi pelemparan lukisan Monet. Kala itu pengelola Barberini Museum mengungkapkan, tindakan vandalisme oleh anggota Letzte Generation tidak menyebabkan kerusakan pada lukisan Monet. Sebab terdapat bingkai kaca yang melindungi lukisan tersebut.

"Sementara saya memahami keprihatinan mendesak para aktivis dalam menghadapi bencana iklim, saya terkejut dengan cara mereka mencoba memberikan bobot pada tuntutan mereka. Dalam karya-karya kaum Impresionis-lah kita melihat keterlibatan artistik yang intens dengan alam," kata Direktur Barberini Museum Ortrud Westheider dalam sebuah pernyataan.

Lukisan “Les Mueles” merupakan bagian dari seri Haystacks yang terkenal dari Monet. Empat tahun lalu, lukisan tersebut dijual di pelelangan seharga 110 juta dolar AS. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement