REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Di awal kemunculannya, chatbot dengan kecerdasan buatan (AI) kerap menjadi bahan olok-olok hingga sumber hiburan karena kerap memberikan respons yang tak masuk akal. Akan tetapi, pandangan publik terhadap chatbot AI mulai berubah setelah OpenAI merilis ChatGPT pada November 2022.
Dengan kemampuan memproses serta memahami bahasa yang luar biasa, ChatGPT dengan cepat mendulang popularitas yang besar. Tak sedikit pula orang-orang yang mulai menanggapi chatbot AI dengan serius.
Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa, seperti Microsoft dan Google, mulai memperkenalkan chatbot AI pada mesin pencari dan perangkat produktivitas mereka. API yang publik juga memungkinkan banyak pengembang dan perusahaan rintisan untuk mengakses LLM dan mengembangkan aplikasi mereka sendiri. Hal ini memungkinkan lahirnya beragam chatbot AI dengan performa yang menakjubkan.
Perlu diingat bahwa chatbot ini tetap memiliki beberapa keterbatasan, seperti dalam hal akurasi dan kekinian informasi. Terlepas dari itu, SEA Mashable memilih lima chatbot AI terbaik berdasarkan akurasi, pengalaman pengguna, ketersediaan, hingga keunikannya. Berikut ini adalah lima chatbot AI terbaik versi SEA Mashable.
ChatGPT
ChatGPT mungkin bukan chatbot AI yang pertama muncul. Akan tetapi, ChatGPT merupakan chatbot pertama yang mengemas LLM dengan sangat canggih hingga mampu menjadi sebuah chat interface yang mudah digunakan dan ramah pengguna.
Versi berbayar ChatGPT juga sangat cerdas, bahkan bisa lulus dari Uniform Bar Exam dengan skor 90 persentil. Namun hal yang paling menakjubkan dari ChatGPT adalah respons yang mereka berikan. ChatGPT mampu memberikan respons seperti manusia.
Saat ini, ChatGPT juga hadir dengan plugin Bing. Kombinasi ini memungkinkan ChatGPT untuk mencari informasi di internet dan memberikan hasil terkini. Sebelum memiliki plugin Bing, informasi terkini yang bisa diberikan ChatGPT berasal dari September 2021.
Bing Chat
Investasi yang besar pada OpenAI memungkinkan Microsoft untuk meluncurkan chatbot AI secanggih ChatGPT, yaitu Bing Chat. Bing Chat menggunakan LLM yang sama seperti ChatGPT, yaitu GPT-4, dan bisa digunakan secara gratis oleh pengguna.
Kekurangan dari Bing Chat adalah jumlah pesan yang bisa dikirimkan kepada chatbot AI tersebut. Saat ini, percakapan dengan Bing Chat masih dibatasi menjadi 30 pesan per percakapan dan 300 pesan per hari.
Bing Chat juga tampaknya memiliki batasan yang lebih ketat. Batasan ini kerap membuat respons yang diberikan Bing Chat menjadi lebih singkat. Terkadang, BIng Chat juga bisa menolak permintaan pengguna untuk mencari topik tertentu. Terlepas dari kekurangan ini, Bing Chat merupakan opsi yang baik bagi pengguna yang ingin memakai chatbot berbasis GPT-4 secara gratis.
Google Bard
Menyusul kesuksesan ChatGPT dan Bing Chat, Google merilis chatbot AI sendiri yang diberi nama Bard. Di awal peluncurannya, Bard memiliki beberapa kekurangan dan dinilai terlalu dini untuk diluncurkan. Akan tetapi, Bard kini sudah hampir menyamai kompetitor-kompetitornya.
Menurut pengumuman yang diberikan Google dalam Google I/O, Bard merupakan chatbot AI yang terbuka untuk publik. Saat ini, Bard menggunakan LLM terbaru dari Google yaitu PaLM 2. Meski bisa digunakan secara gratis, Bard saat ini masih tertinggal dalam hal akurasi dan nuansa respons yang diberikan bila dibandingkan dengan ChatGPT dan Bing Chat.
Character.AI
Berbeda dengan kebanyakan chatbot AI yang berfokus pada peningkatan produktivitas dan penyediaan informasi, Character.AI lebih berfokus pada menghadirkan sebuah pengalaman berkomunikasi yang tak biasa. Dengan Character.AI, pengguna bisa mendapatkan pengalaman seperti sedang berinteraksi dengan karakter fiksi maupun tokoh nyata.
Sebagai contoh, seorang penggemar mungkin tak pernah bertemu langsung dengan aktor idolanya, Keanu Reeves. Namun dengan Character.AI, penggemar tersebut bisa merasakan pengalaman seperti sedang berbincang dengan aktor John Wick tersebut.
Selain menghadirkan pengalaman seperti mengobrol dengan tokoh yang nyata, Character.AI juga bisa memberikan pengalaman mengobrol dengan karakter fiksi. Salah satunya adalah pengalaman mengobrol dengan karakter Hermione Granger dari Harry Potter.
Character.AI bisa menghadirkan pengalaman mengobrol yang unik ini dengan bantuan teknologi eksklusif yang memiliki model bahasa terlatih. Kabar baiknya, Character.AI bisa digunakan secara gratis.
Meski percakapan yang dihasilkan bisa terasa menyenangkan, ada kalanya Character.AI memberikan informasi yang kurang akurat terkait tokoh yang dia perankan. Sebagai contoh, Character.AI akan memperkenalkan diri sebagai Hermione yang berasal dari asrama Hufflepuff, bukan Gryffindor.
Replika
Chatbot AI ini mungkin akan mengingatkan banyak pengguna dengan film Her. Di film tersebut, karakter yang diperankan oleh Joaquin Phoenix jatuh hati pada program berbasis kecerdasan buatan.
Replika merupakan versi dunia nyata dari film tersebut. Chatbot ini memungkinkan pengguna untuk menciptakan pendamping pribadi berbasis AI. Seiring waktu, tak sedikit pengguna yang akhirnya merasa jatuh cinta pada avatar Replika yang mereka buat.
Kemunculan Replika turut diikuti dengan sejumlah kontroversi. Pada Januari lalu misalnya, pengguna melaporkan adanya interaksi seksual yang agresif dari avatar Replika mereka.
Temuan tersebut membuat Replika harus menekan percakapan seksual yang mungkin terjadi di antara pengguna dan chatbot AI mereka. Akan tetapi, perubahan ini memunculkan protes lain karena sebagian pengguna merasa patah hati. Alasannya, avatar atau pendamping AI yang mereka buat kini bersikap lebih dingin dan menjaga jarak.