REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan pada Kamis (15/6/2023) bahwa dirinya tidak berniat memperpanjang masa jabatannya sebagai pemimpin aliansi militer beranggotakan 31 negara itu. Hal itu disampaikan Stoltenberg kepada wartawan menjelang pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels.
Menjadi Sekjen NATO sejak 2014, jabatan Stoltenberg diperpanjang hingga 2022 menyusul serangan militer Rusia ke Ukraina. Pria asal Norwegia itu akan mengakhiri masa jabatannya pada September.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen dan Menhan Inggris Ben Wallace disebut-sebut sebagai calon untuk menduduki posisi teratas di aliansi yang dipimpin AS tersebut.
Pertemuan para menhan NATO selama dua hari itu akan dimulai dengan pembahasan mengenai situasi di Ukraina. Menhan Ukraina Oleksii Rezniov akan bergabung dengan kolega-koleganya di NATO pada pertemuan Grup Kontak Pertahanan Ukraina pimpinan AS dengan Komisi NATO-Ukraina.
Stoltenberg menekankan bahwa dukungan NATO kepada Ukraina "membuat perbedaan di medan perang" ketika negara itu melakukan serangan balik terhadap pasukan Rusia. Dia mengatakan para menhan NATO diharapkan membuat 'lebih banyak komitmen baru' untuk membantu Ukraina.
Dia juga menjelaskan bahwa selain amunisi tambahan, Ukraina membutuhkan bantuan perawatan bagi sistem pertahanan yang telah dikirimkan.
Para menhan juga akan mempersiapkan pertemuan puncak para pemimpin NATO yang akan diadakan di ibu kota Lithuania, Vilnius, pada 11-12 Juli. Untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan pencegahan NATO, para anggota akan membahas "rencana regional baru, model kekuatan baru dan struktur kekuatan baru," menurut Stoltenberg.
Mereka juga akan membahas skenario peningkatan target investasi pertahanan dari dua persen pendapatan domestik bruto (PDB) saat ini.
Stoltenberg mengatakan para menhan akan mempertimbangkan rencana untuk meningkatkan produksi industri pertahanan dan mengisi kembali persediaan dengan menetapkan target kemampuan yang lebih tinggi untuk amunisi penentu pertempuran (battle-decisiveammunition) di setiap negara NATO.
"Mereka juga diharapkan akan menetapkanpusat perlindungan infrastruktur penting NATO yang baru di Inggris," katanya.