REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institut Pariwisata Trisakti baru saja melahirkan lulusan doktor pertama, yakni Arief Faizal Rachman. Dalam sidang terbuka promosi doktornya, Arief mempertahankan disertasi yang membahas tentang destinasi wisata berbasis kopi kultur di Provinsi Jawa Barat.
“Saya berusaha untuk membuat trajectory, urutan-urutan, sehingga kopi tidak hanya sebagai komoditi tapi juga memiliki kesan pelayanan di sebuah kedai kopi,” ujar Arief saat ditemui di Auditorium Institut Pariwisata Trisakti, Jakarta, Kamis (15/6/2023).
Dalam salah satu kesimpulan disertasinya Arief mengatakan, model struktur sosial kopi kultur di kawasan Priangan, Jawa Barat,, telah terbentuk dari beberapa tahapan. Dimulai dari tahun 1711 yang dikelola Belanda. Kemudian pada pascakemerdekaan setelah 1945 di mana produksi kopi sudah dikelola petani pribumi yang tadinya hanya sebagai buruh tani kebun kopi milik Belanda.
“Kopi itu produk yang ternyata sudah dibawa oleh Belanda pada abad ke-17 di Batavia dan terus berkembang ke arah Timur, ke arah Priangan dan menjadi komoditi. Dan komoditi kopi Indonesia kan terkenal global dengan nama Java Coffee,” jelas dia.
Dari sana, kopi masuk ke ranah industri pelayanan, pariwisata, dan lain sebagainya. Menurut dia, kopi kini bukan lagi hanya sekadar minuman, tetapi menjadi sebuah daya tarik wisata karena ada adopsi-adopsi dan penyesuaian-penyesuaian yang terjadi selama ini.
“Di pariwisata sendiri, dengan memiliki geografis yang indah, kebun kopi di pegunungan di Malabar menjadi wisata alam. Dengan adanya destinasi wisata kopi, ini menjadi sebuah paket wisata yang mampu menarik orang dan mengembangkan pariwisata di sana,” kata dia.
Arief juga mengatakan, pengembangan kopi memerlukan campur tangan dari berbagai pihak, salah satunya perguruan tinggi. Dia menjelaskan, perguruan tinggi dapat berperan dalam hal memberikan pendampingan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki. Di mana, selain memberikan pendampingan dalam ilmu pertanian, perguruan tinggi juga dapat membantu petani dalam segi produksi.
“Dari sisi pertanian bukan hanya menanam, termasuk di situ memberikan pendampingan, memberikan bantuan alat pengolahan kopi. Yang dulu kopi itu dijemur oleh petani secara manual, sekarang sudah ada mesinnya. Jadi itu kita sebut sebagai agroteknis perkopian,” jelas dia.
Sidang terbuka promosi doktor tersebut berlangsung selama kurang lebih dua jam sebelum akhirnya Arief ditetapkan mendapatkan gelarnya. Sidang tersebut dipimpin oleh Rektor Institut Pariwisata Trisakti, Fetty Asmaniati, dan Ketua Program Studi Pascasarjana Doktor Pariwisata Institut Pariwisata Trisakti Pantja Djati.