Jumat 16 Jun 2023 06:09 WIB

Tak Cuma Masjid Al Aqsa, Serangan Israel Terhadap Tempat Suci Umat Kristen Meningkat

Dalam lima tahun terakhir, 157 serangan dilakukan terhadap tempat suci Kristen

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Umat Kristen percaya Yesus Kristus disalibkan, dikuburkan dan dibangkitkan, di Yerusalem. Serangan Israel terhadap tempat suci umat Kristen di Yerusalem dan Haifa mengalami peningkatan
Foto: AP/Oded Balilty
Umat Kristen percaya Yesus Kristus disalibkan, dikuburkan dan dibangkitkan, di Yerusalem. Serangan Israel terhadap tempat suci umat Kristen di Yerusalem dan Haifa mengalami peningkatan

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Serangan Israel terhadap tempat suci umat Kristen di Yerusalem dan Haifa mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Penasihat Majelis Ordinaris Katolik di Tanah Suci, Wadie Abu Nassar mengatakan, dalam lima tahun terakhir, 157 serangan dilakukan terhadap tempat suci Kristen dan pada 2022 tercatat 40 serangan terdokumentasi terhadap situs suci, biarawan dan biarawati.

"Di kota Haifa, beberapa insiden provokatif dilakukan oleh beberapa orang Yahudi yang religius, di dekat Biara Mar Elias di Gunung Karmel," kata Abu Nassar, dilaporkan Middle East Monitor, Kamis (15/6/2023).

Baca Juga

Abu Nassar mengatakan, dalam lima tahun terakhir Yerusalem menyaksikan serangan terhadap tempat suci Kristen dalam skala besar. Sementara tempat suci lainnya menjadi sasaran serangan tetapi pada tingkat yang lebih rendah.  Selain 157 serangan yang terdokumentasi terhadap tempat suci umat Kristen, ada sejumlah besar serangan yang tidak terdokumentasi.

"Hampir setiap hari ada serangan yang mencakup meludahi biarawan dan biarawati, khususnya di Kota Tua Yerusalem, dan kasus ini benar-benar memprihatinkan, terutama karena frekuensinya baru-baru ini meningkat," ujar Abi Nassar.

Abu Nassar menyalahkan pemerintah Israel atas meningkatnya serangan terhadap kesucian dan simbol Kristen. "Pemerintah Israel yang berkuasa sedang menyebarkan suasana beracun, membuat kelompok Yahudi yang religius merasa bahwa mereka berada di atas hukum dan memiliki kekebalan dari hukuman," ujarnya.

Pada Februari lalu, anggota komunitas Kristen di Kota Tua Yerusalem mengatakan, mereka merasakan ada peningkatan intimidasi dan tekanan dari ultranasionalis Yahudi. Sebelumnya seorang pria yang diidentifikasi oleh otoritas gereja sebagai seorang radikal Yahudi dipukuli dan ditahan setelah dia diduga merusak patung Yesus di Church of the Flagellation.

“Ini adalah gereja yang memperingati penderitaan Yesus, dan tepatnya di sini, melakukan (perusakan patung Yesus) adalah sesuatu yang sangat buruk,” kata Pastor Eugenio Alliata, yang bertanggung jawab atas koleksi arkeologi di Museum Terra Sancta.

Insiden itu mengikuti serangkaian peristiwa lainnya, termasuk grafiti yang bertuliskan "Kematian bagi Orang Armenia" dan "Kematian bagi Orang Kristen" ditulis dalam bahasa Ibrani di dinding Biara Armenia Saint James, awal Januari. Polisi Israel telah meningkatkan patroli di sekitar situs-situs Kristen di Yerusalem, ketika sejumlah gereja melaporkan kekerasan dan intimidasi oleh orang-orang Yahudi setelah pengambilan sumpah pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

 “Dalam dua bulan terakhir, menurut saya, sejak awal pemerintahan baru, serangan seperti ini menjadi sangat-sangat biasa. Dan masalahnya adalah kami merasa tidak ada yang bisa kami lakukan untuk mengatasinya," ujar seorang pemilik restoran di Kota Tua, Miran Krikorian.

Selain perusakan patung Yesus, Patriarkat Latin Yerusalem, kantor Uskup Agung Katolik Roma ritus Latin Yerusalem, mengatakan, setidaknya ada empat insiden vandalisme atau pelecehan kekerasan yang dilaporkan.

Salah satunya, sekelompok ekstremis Yahudi melemparkan kursi dan meja di sekitar area dekat markas Kustodi Tanah Suci. Hal ini menciptakan "medan pertempuran" di kawasan Kristen. Sementara di tempat lain, pemakaman Kristen di Yerusalem juga dirusak.

 “Ketika tidak ada reaksi tegas dari pemerintah, itu tidak hanya mendorong orang-orang ini untuk berperilaku sama, tetapi juga memberi kami perasaan bahwa pemerintah ingin memperlakukan minoritas Kristen seperti itu,” kata kanselir Patriarkat Armenia di Yerusalem, Pastor Aghan Gogchian.

 Lorong-lorong sempit yang membentuk Kota Tua mengelilingi beberapa situs tersuci bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim. Komunitas lokal telah lama mengembangkan cara hidup berdampingan dengan damai.

Polisi tidak secara langsung menangani tuduhan bahwa insiden anti-Kristen sedang meningkat. Tetapi mereka mengatakan, penangkapan telah dilakukan, dan beberapa dakwaan diajukan. Sejauh ini pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu maupun Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, belum memberikan tanggapan terkait peningkatan insiden kekerasan di lingkungan Kristen.

"Polisi meningkatkan patroli di sekitar Kota Tua, rumah ibadah, dan tempat-tempat suci dengan maksud untuk menjaga keamanan, ketertiban umum, dan kebebasan beragama untuk semua," kata pernyataan polisi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement