Jumat 16 Jun 2023 09:20 WIB

Invasi Tikus di Paris Muncul Ketika Aksi Mogok Pekerja Besar-Besaran

Warga Paris tak hanya khawatirkan sampah setinggi bahu tapi juga invasi tikus

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Tikus
Foto: Freepik
Tikus

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kekhawatiran terhadap invasi tikus di Paris muncul ketika terjadi aksi mogok nasional serikat pekerja yang mulai berlangsung pada awal tahun. Para pekerja lintas sektor menggelar aksi mogok selama berbulan-bulan menuntut Pemerintah Prancis agar mencabut reformasi pensiun.

Petugas kebersihan turut melakukan aksi mogok. Akibatnya, sampah di Paris berserakan dan menumpuk di jalanan. Kantong-kantong sampah terlihat menumpuk di trotoar Paris, terutama di daerah dengan banyak restoran yang membentuk tumpukan sampah setinggi bahu. Sekitar 5.600 ton sampah berserakan di jalan-jalan Ibu Kota Paris.

Baca Juga

Namun, orang-orang tidak hanya mengkhawatirkan kantong sampah yang berserakan. Masalah lain yang dikhawatirkan adalah invasi tikus. Masalah ini menyebabkan keributan politik. Pemimpin dari beberapa distrik Paris berpendapat bahwa pemogokan akan menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang besar. Mereka meminta Wali Kota Paris, Anne Hidalgo untuk segera mengambil tindakan.

Meski begitu, seorang warga Paris, Guillaume Meigniez (28 tahun) mengatakan, dia tidak terlalu khawatir tentang tikus, karena jumlah mereka sudah cukup banyak pada waktu normal. Selain itu, tikus tidak akan mengeroyok dan menyerang orang. Tapi jika jumlah tikus semakin banyak, akan menjadi masalah besar.

"Tapi jika banyak tikus yang keluar, mungkin akan sedikit mengguncang," kata Meigniez, dilaporkan Politico.

Hidalgo membentuk sebuah komite untuk mempelajari apakah tikus dan manusia dapat hidup berdampingan. Wakil Wali Kota Paris, Anne Souyris, yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat, mengumumkan langkah tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan dari Kepala Arondisemen ke-17 Paris dan anggota partai Republik kanan-tengah, Geoffroy Boulard.

Souyris menjelaskan, yang sedang dipelajari adalah sejauh mana manusia dan tikus dapat hidup bersama dengan cara yang paling efisien, dan pada saat yang sama memastikan hal itu tidak tertahankan bagi warga Paris. Souyris mengatakan, studi tentang tikus yang dibahas bukanlah tikus hitam yang membawa wabah. Melainkan jenis tikus lain yang membawa penyakit seperti leptospirosis, penyakit bakteri.

Souyris juga menyoroti beberapa tindakan yang diambil oleh Pemerintah Kota Paris sebagai bagian dari rencana anti tikus pada 2017. Termasuk berinvestasi dalam menyediakan ribuan tong sampah baru agar membuat tikus kembali ke habitat mereka di bawah tanah.

Souyris mengatakan, tikus Paris tidak menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang signifikan. Dia meminta Dewan Tinggi Prancis untuk Kesehatan Masyarakat mempertimbangkan perdebatan tersebut.

“Kami membutuhkan saran ilmiah, bukan siaran pers politik,” kata Souyris.

Boulard telah meminta Pemerintah Kota Paris untuk menyusun rencana yang lebih ambisius melawan perkembangbiakan tikus di ruang publik. Boulard sebelumnya mengkritik Hidalgo, karena tidak berupaya keras untuk menghilangkan tikus dari Paris. Termasuk selama aksi protes pada awal tahun ini yang menyebabkan penumpukan sampah di seluruh kota.

"Kehadiran tikus berbahaya bagi kualitas hidup warga Paris," kata Boulard, dilaporkan CNN.

Boulard mengatakan, dia mengajukan pertanyaannya setelah menemukan studi yang sedang berlangsung, yang diberi nama Project Armageddon. Misi proyek ini adalah membantu kota dalam mengelola populasi tikus. Salah satu tujuan proyek ini adalah memerangi prasangka terhadap tikus untuk membantu warga Paris hidup lebih baik bersama mereka. Studi ini dibiayai oleh Pemerintah Prancis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement