Jumat 16 Jun 2023 11:12 WIB

SD Inpres, Kualitas Diejek Jokowi, Malah Antarkan Ekonom AS Raih Nobel

Pemerintahan Soeharto sepanjang 1973-1979, membangun 61.807 gedung SD baru.

Rep: Erik PP/Dessy Suciati Saputri/M Subarkah/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah siswa sekolah dasar mengikuti pelajaran di SD Inpres Wanggemalo, Distrik Kombay, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan, Senin (12/6/2023).
Foto: Antara/Handi Virawan
Sejumlah siswa sekolah dasar mengikuti pelajaran di SD Inpres Wanggemalo, Distrik Kombay, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan, Senin (12/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat jawaban tidak terduga ketika ditanya tentang mandor atau pengawas asing ikut terlibat dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Jokowi menilai, penggunaan pengawas asing untuk menjaga kualitas barang yang dihasilkan.

"Mandor apa, beda loh mandor sama pengawas. Memang sudah diusulkan dalam rapat kalau hanya satu, dua untuk urusan kualitas barang nanti yang dihasilkan," kata Jokowi di Pasar Menteng Pulo, Jakarta Selatan, Kamis (15/6/2023).

Baca Juga

Jokowi menjelaskan, pelibatan pengawas asing dalam proyek IKN juga sekaligus untuk menarik investor asing. Menurut dia, pemerintah tak ingin hasil pembangunan IKN  malah tak sesuai harapan. Jokowi pun membandingkan, tidak ingin hasil IKN seperti gedung Sekolah Dasar Inpres pada era Presiden Soeharto.

Baca: Bukan Mandor, Jokowi tak Masalah Pengawas Asing di Proyek IKN

Ketika berkuasa, salah satu program Soeharto adalah mempercepat pendidikan dengan membangun masif SD Inpres di seluruh pelosok negeri. "Ndak-ndak ya karena kita ingin menaikan level kualitas kita. Jangan nanti hasilnya nanti kayak SD Inpres, mau?" kata Jokowi.

Sementara itu, program SD Inpres di Indonesia ternyata mendapatkan pengakuan dunia. Solusi pengentasan kemiskinan melalui pendidikan yang dijalankan Soeharto mendapatkan pengakuan hadiah nobel.

Hal itu setelah trio warga Amerika Serikat (AS), yaitu Abhijit Banerjee, Esther Duflo, dan Michael Kremer meraih nobel bidang ekonomi pada 2019. Ketiga ekonom tersebut mendapatkan penghargaan tertinggi atas hasil penelitian mereka terkait kemiskinan global.

Penelitian SD Inpres yang berbuah Nobel ...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement