REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) mendorong penguatan sinegitas antarinstitusi terkait mengoptimalkan upaya penurunan kasus stunting di berbagai daerah di Indonesia.
Kiat ini penting dilakukan mengingat stunting dapat menggagalkan peluang bangsa ini dalam mewujudkan Indonesia Emas, mengingat stunting tidak hanya berkorelasi terhadap tumbuh kembang anak, tapi juga tingkat kecerdasan generasi bangsa ke depan.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PERSAGI Rudatin mengungkapkan, banyak faktor yang menyebabkan stunting masih menjadi problem yang harus disikapi secara serius.
Maka itu peran dan keterlibatan institusi terkait dalam hal ini organisasi profesi yang membidangi persoalan kesehatan dan ruang lingkupnya menjadi sangat penting, seperti para ahli gizi, dokter, bidan, perawat, dan masih banyak lagi.
Semua harus bahu-membahu turun ke masyarakat untuk menggarap agar upaya penanganan persoalan stunting di masyarakat ini semakin optimal. Karena bahan atau sumber pangan bergizi sebenarnya banyak di Indonesia dan bagus.
Ada lele, beragam sayuran segar, buah-buahan, dan sumber pangan bergizi lainnya, tetapi ketika pengolahan airnya tidak bagus hasilnya juga tidak akan optimal.
“Tentu ini tugas dari teman-teman sanitasi lingkungan,” katanya, di sela acara Temu Ilmiah Nasional (TIN) 2023 PERSAGI, yang digelar di Patra Hotel and Convention Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (16/6/2023).
Rudatin juga mengingatkan, kalau dalam dua bulan berturut-turut hasil penimbangan berat badan anak di posyandu tidak meningkat, anak tersebut harus segera dirujuk ke puskesmas agar ada penanganan di fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut.
Kalau di puskesmas tidak berhasil, harus segera dirujuk ke rumah sakit. Karena di rumah sakit juga ada tim khusus yang menangani penanganan stunting. Terlebih, semua rumah sakit sudah teakreditasi.
Jadi, semua rumah sakit sekarang sudah harus membantu upaya pemerintah dalam menekan angka kasus stunting. Karena gagal tumbuh kembang pada anak ini sudah tidak bisa dianggap sepele lagi.
Sebab jika terlambat menangani stunting, maka akan membuat negara Indonesia bisa kehilangan generasi emasnya. “Kalau generasi emasnya hilang, kita tidak akan bisa mewujudkan Indonesia Emas,” katanya.
Demikian pula apabila ibu hamilnya sudah tidak sehat, maka akan sangat berdampak pada bayi yang dilahirkannya. Terlebih, stunting sangat terkait dengan kemampuan IQ atau kecerdasan anak.
“Kalau generasi yang dilahirkan kualitas IQ-nya rendah, kita tidak bisa mendapatkan kualitas manusia yang baik. Oleh karena itu, problem stunting ini harus diselesaikan secara bersama-sama,” katanya.
Oleh karena itu, kata Rudatin, PERSAGI menggelar TIN 2023 dengan tema "Peningkatan Peran Tenaga Gizi dalam Mendukung Transformasi Kesehatan untuk Percepatan Penurunan Stunting dan Penyakit tidak Menular (PTM).
Dampak stunting akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak.
Selain stunting, masih banyak permasalahan kesehatan terkait dengan gizi lebih. Permasalahan gizi lebih (overweight dan obesitas) berimplikasi terhadap banyak penyakit tidak menular yang kemudian dialami masyarakat Indonesia.
Pemerintah mengajak semua stakeholder untuk turut membantu penurunan permasalahan baik stunting dan penyakit tidak menular melalui tindakan promotif dan preventif, serta terapi kuratif dan rehabilitatif bagi masyarakat yang sakit.
“Karena transformasi kesehatan pelayanan primer menitikberatkan pada pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, tanpa meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif,” kata dia.