REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena 'tulip mania', atau yang dikenal dalam sejarah sebagai "gelembung pasar tulip", adalah salah satu gelembung pasar dan keruntuhan ekonomi yang paling terkenal sepanjang sejarah.
Keruntuhan itu terjadi di Belanda selama awal hingga pertengahan abad ke-17, masa ketika ekspektasi dan spekulasi ekonomi mendorong nilai umbi bunga tulip Turki Usmani ke titik yang ekstrem.
Di puncak pertumbuhan pasar, umbi tulip yang paling langka dan terindah diperdagangkan hingga 6 kali lipat gaji tahunan rata-rata per kapita, sebelum semuanya runtuh secara tragis.
Namun sebetulnya bagaimana awal mula bunga tulip itu bisa meruntukan ekonomi Eropa? Tulip atau bunga lili pertama kali tiba di Eropa dari Kesultanan Turki Usmani tak lama setelah awal tahun 1550. Saat itu bunga-bunga yang berwarna cerah menjadi barang berharga dan populer di kalangan orang kaya.
Pengenalan bunga ke Eropa sering dikaitkan dengan Auger de Busbecq, seorang Duta Besar Charles V Kaisar Romawi untuk Sultan Suleiman dari Kesultanan Turki Usmani, di mana Sultan tersebut pada tahun 1554 mengirimkan umbi dan benih tulip pertama ke Wina dari Turki Usmani.
Umbi tulip dan sejumlah produk tumbuhan baru lainnya seperti kentang, paprika, tomat, dan sayuran lainnya datang ke Eropa pada abad ke-16. Dan segera umbi tanaman didistribusikan dari Wina ke Amsterdam. Hingga akhirnya permintaan terhadap berbagai jenis tulip melebihi pasokan. Dampaknya harga umbi dari spesies langka mulai meroket di Eropa Utara.
Sekitar tahun 1610,...Lihat halaman berikutnya >>