REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peluang pasar perlengkapan saniter di Indonesia masih terbuka luas. Hal ini mengingat jumlah penduduk yang banyak serta letak geografis yang luas menjadikan produk itu banyak dipergunakan masyarakat.
"Proyek rumah yang merupakan kerja sama institusi pemerintah maupun swasta hingga lembaga swadaya masyarakat banyak yang dibangun dan ini membutuhkan perlengkapan saniter," kata Pimpinan SATO Indonesia I Gusti Ngurah Agung Kamasan di Jakarta.
Dia mengatakan, sejumlah proyek pembangunan rumah terus dilakukan di Indonesia. Ini tentunya membutuhkan perlengkapan saniter khususnya untuk pembuangan air kecil dan besar.
Di Indonesia khususnya di wilayah desa dan pedalaman masalah sanitasi masih menjadi persoalan sendiri dan masih banyak yang tidak terlalu laik sehingga mengancam kesehatan penduduk. Namun demikian, katanya, Pemerintah Indonesia selama ini terus dan telah memperhatikan kebersihan perlengkapan sanitasi sehingga secara signifikan kebersihan perlengkapan sanitasi terus alami perbaikan.
"SATO hadir di Indonesia untuk bisa memenuhi permasalahan di Indonesia dan sangat tepat dipergunakan untuk wilayah desa dan 3 T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal)," kata Agung Kamasan.
Produk saniter tersebut sudah bisa dibuat di Indonesia dengan teknologi Jepang, sementara tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 70 persen-80 persen.
Pimpinan SATO wilayah Asia Suguru Sakata, mengatakan, perusahaan yang berbasis sosial yang merupakan bagian dari LIXIL Group berekspansi mengembangkan solusi produk sanitasi dan kebersihan yang inovatif, aspiratif, dan terjangkau. Baik untuk konsumen rumah tangga maupun instansi di wilayah perdesaan dan wilayah sekitar perkotaan.
Ekspansi di wilayah Asia Tenggara juga merupakan langkah untuk mencapai tujuan besar LIXIL Group dalam meningkatkan kualitas hidup lebih dari 100 juta orang di berbagai negara pada 2025.
SATO menawarkan produk sanitasi dan kebersihan yang mudah diterapkan dan terjangkau untuk lebih dari 16 juta orang di Indonesia yang masih menggunakan kakus terbuka dan lebih dari dua juta orang yang masih menggunakan toilet yang tidak sesuai standar, merujuk pada Program Bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) untuk Ketersediaan Air, Sanitasi, dan Kebersihan.
Rangkaian produk baru yang diluncurkan juga mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan akses menyeluruh pada fasilitas sanitasi yang aman dan memadai di seluruh negeri.
"Solusi SATO telah disiapkan untuk membawa perubahan bagi jutaan kehidupan di seluruh dunia dan kami berharap bisa mengisi kesenjangan di Indonesia, dengan menawarkan solusi yang terjangkau dan terdepan menuju keberlanjutan pengelolaan sanitasi yang aman dan bersih, dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) 6.2," kata Sakata.
SDG 6.2 adalah Air bersih dan sanitasi layak adalah kebutuhan dasar manusia. Salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan pada sektor lingkungan hidup adalah memastikan masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi.