REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar ekonomi INDEF, Dradjad Wibowo mengatakan salah satu pelajaran dari buku ‘Kerja Bantu Rakyat’ adalah ciri utama kebijakan publik yang diambil Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. Kebijakan publik Mendag itu bercirikan: street-smart (cerdas sesuai tuntutan lapangan), tepat sasaran ke jantung masalah, skalanya pas sesuai kebutuhan, birokrasinya sangat sederhana, tapi perlu kerja ekstra keras.
"Saya berbicara ini berdasarkan pengalaman pribadi,” kata Dradjad, menanggapi isi buku ‘Kerja Bantu Rakyat’ yang berisi setahun perjalanan Zulhas sebagai Mendag, Sabtu (18/6/2023).
Dradjad menontohkan, Mendag berhasil menurunkan harga minyak goreng (migor) dalam waktu kurang dari satu bulan. Dalam salah satu pertemuan informal di rumah dinasnya, Dradjad mengaku mendampingi Mendag mendengarkan paparan tentang tata niaga migor dari mereka yang bertugas di sebuah K/L (Kementerian/Lembaga). Pertemuannya pada akhir pekan itu, berlangsung lumayan lama.
"Mendengar paparan tersebut, saya nyeletuk Tum, kalau seperti ini hanya Kim Jong Un yang bisa kendalikan harga migor. Kami di parpol memang terbiasa menyapa Ketum dengan panggilan Tum,” kata Dradjad.
Mendag tertawa besar, dan berkata “Benar … Benar … Mana bisa orang dagang diatur-atur njlimet seperti ini. Orang bisnis itu harus punya kebebasan sampai titik tertentu. Yang perlu diatur itu jika menyangkut keselamatan rakyat, perlindungan konsumen. Pokoknya lepentingan publik yang besar.”
Setelah itu Mendag memangkas berbagai kenjlimetan di atas. Jantung masalah kenapa harga migor melonjak langsung ditangani, baik secara ekonomi maupun politik. Blusukan ke pasar dilakukan sering sekali. Urusan lapangan yang sangat detail, seperti kemasan migor, siapa pedagang kunci di pasar A, siapa centheng di pasar B, dan hal-hal detail sekali lainnya sangat diperhatikan. "Saya melihat sendiri Mendag memberi perintah detil ke jajarannya tentang bagaimana mengatasi kondisi lapangan itu,” ungkap Ketua Dewan Pakar PAN ini.
Tapi ya itu tadi, kata Dradjad, semuanya menuntut kerja keras. Setahu Drajad, seringkali Mendag hanya tidur 3-4 jam. Sekjen dan eselon satu Kemendag beberapa kali curhat kalau mereka sering kedodoran mengikuti irama kerja Mendag.
"Apalagi Sekjen Kemendag Mas Suhanto, boleh dikata tidak ada tanggal merah buat dia. Semua tanggal adalah biru, setiap hari harus siap mendampingi Mendag bekerja. Saya jawab, lha saya juga tidak sanggup kalau mengikuti irama kerja bang Zul. Bedanya, sebagai politisi saya punya trik untuk “kabur” istirahat, anda sebagai birokrat tidak bisa,” papar Dradjad.
Menurut Dradjad, masih banyak contoh lainnya. Terakhir adalah tugas baru dari Presiden Jokowi untuk mengendalikan impor pangan dan impor barang lain yang sudah berlebihan. Publik belum tahu kalau sekarang ini banyak mafia impor yang ‘diare' akibat langkah-langkah yang diambil Mendag. "Tapi sesuai ciri utama kebijakannya, langkah Mendag insyaa Allah akan “pas”, dalam arti impor terkendali tapi harga tidak bergejolak,” ungkap Dradjad.