Sabtu 17 Jun 2023 16:32 WIB

Komnas HAM Merasa Berwenang Berikan Pandangan Kasus Haris dan Fatia

Komnas HAM bersurat ke hakim agar bisa hadir secara langsung memberikan pandangan.

Terdakwa Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar (kanan) bersama terdakwa Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti (kiri) saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Jakarta, Kamis (8/6/2023). Sidang tersebut beragendakan mendengarkan keterangan saksi pelapor yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam kasus dugaan pencemaran nama baik terhadap dirinya dalam unggahan pada akun youtube milik Haris Azhar dengan judul Ada Lord Luhut di Balik Relasi Ekonomi-Ops Militer Intan Jaya!! Jenderal BIN Juga Ada!! yang diunggah pada Agustus 2021 lalu.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Terdakwa Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar (kanan) bersama terdakwa Koordinator KontraS Fatia Maulidiyanti (kiri) saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Jakarta, Kamis (8/6/2023). Sidang tersebut beragendakan mendengarkan keterangan saksi pelapor yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam kasus dugaan pencemaran nama baik terhadap dirinya dalam unggahan pada akun youtube milik Haris Azhar dengan judul Ada Lord Luhut di Balik Relasi Ekonomi-Ops Militer Intan Jaya!! Jenderal BIN Juga Ada!! yang diunggah pada Agustus 2021 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI menegaskan lembaga tersebut mempunyai kewenangan untuk menyampaikan pandangan HAM dalam kasus dugaan pencemaran nama baik Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan yang menjerat Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti. Diketahui, Haris dan Fatia saat ini tengah menjalani sidang di Pengadilan Jakarta Timur.

"Komnas HAM sudah mengirimkan surat untuk memberikan pandangan hak asasi manusia," kata Ketua Komnas HAM RI Atnike Nova Sigiro di Padang, Sabtu (17/6/2023).

Baca Juga

Hal tersebut disampaikan Ketua Komnas HAM terkait kasus dugaan pencemaran nama baik Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyeret nama Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti. Atnike mengatakan surat terkait pandangan HAM tersebut telah disampaikan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur, dan masih menunggu balasan dari lembaga peradilan tersebut.

Pandangan HAM tersebut dijamin dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM yang pada intinya menyebutkan bahwa lembaga itu berhak memberikan pandangan HAM dalam persoalan-persoalan terkait HAM yang sedang disidangkan. Perlu ditegaskan, ujar dia, merujuk pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, hal itu disebut dengan pandangan HAM bukan amicus curiae.

Atnike yang berlatar belakang aktivis perempuan tersebut menjelaskan apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur menyetujui langkah yang ditawarkan Komnas HAM, maka lembaga HAM itu akan menyampaikan sejumlah poin-poin pokok.

"Jadi, kita membutuhkan persetujuan dari hakim agar Komnas HAM bisa hadir secara langsung dan memaparkan pandangannya," jelas dia.

Terkait poin-poin yang akan disampaikan, Atnike tidak memberikan bocorannya sebab pihaknya masih menunggu persetujuan Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Terpisah, Jaksa Penuntut Umum menyatakan pernyataan Haris dan Fatia dalam sebuah video yang diunggah melalui akun YouTube milik Haris telah mencemarkan nama baik Luhut. Video tersebut berjudul 'Ada lord Luhut di balik relasi ekonomi-ops militer Intan Jaya!! Jenderal BIN juga Ada1!. Hal yang dibahas dalam video itu adalah kajian cepat Koalisi Bersihkan Indonesia dengan judul 'Ekonomi-Politik Penempatan Militer di Papua: Kasus Intan Jaya'.

Haris dan Fatia didakwa Pasal 27 Ayat 3 juncto Pasal 45 Ayat 3 Undang-Undang ITE, Pasal 14 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946, Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946, dan Pasal 310 KUHP Tentang Penghinaan.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement