Ahad 18 Jun 2023 00:50 WIB

Industri Pangan Siap Wujudkan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia

Teknologi dapat mengatasi tantangan keberlanjutan dalam pertanian.

Ilustrasi smart farming.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Ilustrasi smart farming.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pangan yang tergabung dalam SwissCham Indonesia atau Kamar Dagang Swiss-Indonesia siap mendukung dan mewujudkan usaha pertanian bekelanjutan di Tanah Air sebagai salah satu upaya menghadapi perubahan iklim.

Perusahaan anggota SwissCham yakni Nestl, Syngenta, dan Koltiva dalam keterangannya yang dilansir Antara di Jakarta, beberapa waktu lalu, menyatakan dengan inovasi dan kolaborasi yang tepat, seluruh pelaku bisnis dapat memprioritaskan pembangunan berkelanjutan. Hal itu sebagai langkah mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu Indonesia mencapai pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Baca Juga

Head of Corporate Sustainable Agriculture Nestl Indonesia Syahrudi mengatakan pihaknya dengan mitra petani bersama memajukan praktik pertanian regeneratif, sebagai jantung di sistem pangannya. "Kami percaya kolaborasi yang kami bangun menuju pertanian berkelanjutan, akan menciptakan manfaat bagi petani, bisnis, dan pada saat yang sama menciptakan dampak positif bagi lingkungan," ujar Syahrudi.

Sementara itu President Director of Syngenta Indonesia Kazim Hasnain menjelaskan, petani Indonesia harus memenuhi perubahan kebutuhan lingkungan dan harapan regulator, konsumen, serta pengolah makanan dan pedagang. Ada tekanan yang meningkat dari perubahan iklim, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati dan dari perubahan selera konsumen terhadap makanan dan kekhawatiran tentang cara produksinya.

"Dan dalam pertanian, gulma, hama dan penyakit terus menjadi tantangan tersendiri," kata Kazim.

Terkait hal itu, menurut dia, pihaknya berfokus pada upaya memajukan teknologi yang digunakan petani untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas mereka. Hal itu dilakukan sembari memastikan, melalui ilmu pengetahuan, bahwa teknologi tersebut juga mengatasi tantangan keberlanjutan dalam pertanian.

CEO Koltiva Manfred Borer menambahkan ketertelusuran memiliki peran penting dalam membangun rantai pasokan yang bertanggung jawab dan etis, yang menguntungkan pelanggan, pemangku kepentingan, dan lingkungan. "Dengan kontribusi yang signifikan dari sektor pertanian terhadap PDB Indonesia, kami menyadari pentingnya solusi inovatif untuk mempromosikan keberlanjutan sembari mematuhi standar peraturan," ujar Borer.

Sebelumnya Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menyatakan pentingnya kolaborasi dan inovasi teknologi untuk membangun pertanian yang berkelanjutan di Indonesia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement