REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan melakukan lawatan resmi ke Iran, Sabtu (17/6/2023). Kunjungan tersebut menunjukkan kian akrabnya relasi Riyadh dan Teheran sejak kedua negara mencapai kesepakatan rekonsiliasi pada Maret lalu.
Menlu Iran Hossein Amirabdollahian menyambut kunjungan Pangeran Faisal. Dalam pertemuannya, kedua menlu memuji pemulihan hubungan diplomatik Saudi dan Iran. Amirabdollahian mengungkapkan, dia membahas berbagai isu bilateral dan kawasan dengan Pangeran Faisal.
Salah satu isu kawasan yang dibahas kedua menlu adalah tentang keamanan. “Republik Islam Iran tidak pernah menyamakan keamanan dengan militerisme, dan menganggap keamanan sebagai konsep komprehensif, yang mencakup dimensi politik, ekonomi, budaya, perdagangan, dan sosial antara semua negara di kawasan ini,” kata Amirabdollahian dalam konferensi pers, dikutip laman Aljazirah.
Sementara terkait hubungan bilateral, Amirabdollahian mengatakan dia dan Pangeran Faisal mendiskusikan tentang hubungan perdagangan serta investasi bersama. Sementara itu Pangeran Faisal mengungkapkan, prinsip saling menghormati dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing akan menjadi pusat hubungan bilateral Saudi-Iran ke depan. Tujuan intinya adalah mengamankan kepentingan kedua negara.
“Saya juga ingin menyoroti diskusi kedua negara tentang kerja sama untuk memastikan keamanan maritim dan mengurangi proliferasi senjata pemusnah massal,” ujar Pangeran Faisal. Pernyataannya tersebut tampaknya diarahkan pada program nuklir Iran.
Pada 6 Juni 2023 lalu, Iran akhirnya resmi membuka kembali kedutaan besarnya di Arab Saudi. Kantor misi diplomatik Iran di Saudi telah ditutup selama tujuh tahun menyusul perselisihan antara kedua negara. Untuk menandai peresmian, sebuah upacara digelar di area kompleks Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Riyadh. Puluhan pejabat dan diplomat berpartisipasi dalam acara tersebut, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Iran Alireza Begdali dan perwakilan Iran di Jeddah, Hassan Zarnagar.
Sementara itu, Saudi belum mengumumkan kapan akan membuka kembali kedubesnya di Iran. Pada Maret lalu, Iran dan Arab Saudi berhasil mencapai kesepakatan rekonsiliasi. Cina berperan besar dalam memediasi kedua negara. Kesepakatan rekonsiliasi Iran-Saudi diberi nama Beijing Agreement. Hal itu karena proses pembicaraan berlangsung di Beijing.
Pulihnya hubungan Iran dengan Saudi dipandang positif dan dinilai akan membantu penyelesaian beberapa masalah di kawasan, terutama konflik Yaman. Dalam konflik Yaman, Saudi diketahui mendukung pasukan pemerintah. Sementara Iran menyokong kelompok pemberontak Houthi. Sejak rekonsiliasi tercapai, Riyadh dan Teheran berkomitmen untuk bekerja sama guna mengakhiri konflik Yaman yang telah berlangsung sejak 2014.
Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.