Ahad 18 Jun 2023 18:17 WIB

Kemenag: Hilal Awal Dzulhijjah Secara Teori Diprediksi tidak Dapat Teramati

Dimungkinkan awal bulan Dzulhijjah jatuh pada Selasa, 20 Juni 2023.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Sidang isbat awal Dzulhijjah Kementerian Agama di Jl. MH Thamrin, Jakarta, Ahad sore (18/6/2023).
Foto: Kemenag
Sidang isbat awal Dzulhijjah Kementerian Agama di Jl. MH Thamrin, Jakarta, Ahad sore (18/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Sidang Isbat (Penetapan) Awal Dzulhijjah 1444 Hijriyah di Auditorium HM. Rasjidi, Kemenag, Jl. MH Thamrin, Jakarta, Ahad sore (18/6/2023). Sidang penetapan ini diawali dengan Seminar Posisi Hilal yang disampaikan anggota Tim Hisab-Rukyat Kemenag Ahmad Izzudin.

Dalam paparannya, Izzudin mengungkapkan secara astronomis, posisi hilal di Indonesia pada saat Maghrib masih berada di bawah kriteria baru MABIMS yang ditetapkan pada 2021 sehingga kemungkinan tidak dapat teramati.

Baca Juga

"Di seluruh wilayah Indonesia, posisi hilal pada 29 Dzulqaidah 1444 H sudah berada di atas ufuk. Namun demikian, masih berada di bawah kriteria imkanur rukyat MABIMS," ujar Izzudin.

Kriteria baru MABIMS menetapkan secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal tiga derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Sementara, menurut Izzudin, pada saat Magrib 18 Juni 2023, posisi bulan di Indonesia tingginya nol derajat 20 sampai dua derajat 36 menit, dengan sudut elongasi antara empat derajat 40 menit sampai dengan empat derajat 94 menit.