Senin 19 Jun 2023 11:30 WIB

Hati-Hati Pakai Aplikasi Pelacak Kebugaran, Ini Bahayanya

Sejumlah pengguna merasa khawatir terhadap data pribadi yang direkam oleh aplikasi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Lewat aplikasi kebugaran, banyak atlet yang mungkin tidak tahu bahwa data mereka bisa dilihat orang lain dan berpotensi menempatkan mereka dalam bahaya (ilustrasi)
Foto: PxHere
Lewat aplikasi kebugaran, banyak atlet yang mungkin tidak tahu bahwa data mereka bisa dilihat orang lain dan berpotensi menempatkan mereka dalam bahaya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Strava, aplikasi mobile yang bisa dimanfaatkan untuk merekam rute perjalanan bersepeda serta pelari, telah sangat terkenal dan memiliki lebih dari sekitar 76 juta pengguna di seluruh dunia. Namun kini, sejumlah pengguna merasa khawatir terhadap data pribadi yang direkam oleh aplikasi. 

Penulis senior CNET, Bree Fowler menjadi salah satu pengguna Strava yang mulai mendaftar saat pandemi. Ia mengaku menjadi semakin gemar berlari hingga mengikuti lomba maraton, dan Strava melacak segala aktivitasnya mulai dari lokasi, jarak tempuh, rute hingga data yang dihasilkan oleh tubuhnya, termasuk detak jantung, kecepatan lari, dan skor yang dihasilkan Strava untuk kebugaran secara keseluruhan.

Baca Juga

Lalu ada aspek sosial dari aplikasi ini. Sekilas, aplikasi ini sangat mirip dengan Facebook. Pengguna Strava memiliki halaman profil dan peta lari serta latihan lainnya untuk kemudian diposting ke feed. Sesama atlet bisa melihat informasi ini dan saling menyemangati, sama seperti saat mereka memberi "like" di Facebook.

Namun, para ahli mengatakan bahwa kemiripan dengan Facebook ini seharusnya membuat para pelari berhenti berpikir ulang untuk memberikan informasi pribadi mereka. Selain biaya berlangganan, pengguna Strava dan aplikasi pelacakan kebugaran lainnya membayar dengan beberapa data pribadi mereka.