REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum DAMRI tak mempersoalkan rencana Transjakarta masuk ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Direktur Utama Perum DAMRI Setia Milatia Moemin mengatakan, rencana tersebut justru positif bagi perusahaan pascabergabungnya PPD bergabung dengan Damri.
"DAMRI ya DAMRI, Transjakarta kan beda pangsa. Transjakarta akan digunakan pegawai Angkasa Pura, arahnya sana. Kalau pangsa DAMRI itu yang keluar kota, bukan commuter based atau perjalanan setiap hari," ujar Setia dalam Perayaan Penggabungan Perum PPD ke dalam Perum Damri di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (19/6/2023).
Setia mengatakan, 90 persen bisnis PPD memang bergerak di Transjakarta untuk wilayah Jabodetabek. Sementara, Setia melanjutkan, DAMRI punya jangkauan yang jauh lebih luas di seluruh Indonesia. Setia meyakini, rencana masuknya Transjakarta ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta tidak akan mengurangi market share Damri. Namun, Setia juga akan mengkaji lebih dalam terkait rencana operasional Transjakarta untuk penumpang umum di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
"(Transjakarta di Soetta untuk umum) ya tidak apa-apa, tapi pasti ada koordinasi. Nanti kami akan membicarakan lebih lanjut untuk hal itu," ujar Setia.
Setia memastikan operasional DAMRI maupun PPD tidak terkendala setelah merger. Hal ini sudah tertuang dalam persyaratan merger bahwa tidak boleh ada disrupsi dalam operasional dan pelayanan kepada masyarakat.
Direktur Keuangan DAMRI Joni Prasetiyanto mengatakan PPD telah menyerahkan 600 unit bus ke DAMRI pascamerger. Joni menilai merger ini akan kian memperkuat sinergi dan integrasi kedua perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah.
"Dari kajian buku putih yang telah kami susun dengan konsultan pendamping PMO itu diharapkan hingga 2027, kami bisa menambah value creation-nya Rp 750 miliar. Artinya, pendapatan revenue itu sampai 2027 mencapai Rp 2,3 triliun," kata Joni.