REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Masyarakat di Desa Guyung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur terbisa memproduksi briket dari dasar batok kelapa. Para pelaku UMKM mampu membuka lapangan pekerjaan dengan membuat briket hingga dua kuintal arang per hari.
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas melihat langsung proses pencetakan dan pemotongan arang. Rupanya, pembuatan arang batok kelapa membutuhkan proses cukup panjang. Bersama pegawai lainnya, Ibas begitu terampil memotong arang yang sudah dicetak.
"Salah satu bentuk kecerdasan dan kehebatan masyarakat Desa Guyung, di sini punya UMKM Sumber Arang Makmur binaan Pak Kades, yang bisa menyulap batok kelapa jadi arang atau briket," ujar Ibas saat mengunjungi Desa Guyung, Kabupaten Ngawi dalam siaran di Jakarta, Senin (19/6/2023).
Menurut Ibas, ketika api dinyalakan di sebuah drum besar, batok kelapa dimasukkan secara bertahap hingga penuh. Api harus terus menyala sampai proses pembakaran selesai, yang memerlukan waktu sekitar delapan jam. Batok kelapa yang dipilih pun harus berkualitas dan benar-benar kering, agar proses pembakaran dapat bekerja maksimal.
Setelah batok kelapa terbakar seutuhnya, api akan dimatikan. Batok kelapa yang sudah menghitam dibiarkan terlebih dahulu hingga dingin, sebelum nantinya akan digiling menjadi serbuk dan dicetak.
Ibas mengaku, Demokrat mendukung penuh pelaku UMKM daerah terus tumbuh demi bisa membantu perekonomian masyarakat sekitar. "Bayangkan, kalau kita bisa menghemat proses memasak dengan menggunakan arang, insya Allah pengeluaran kita semakin hari jadi lebih murah. Mari sesarengan kita dukung dan dorong UMKM briket arang batok kelapa di Desa Guyung yang kita cintai ini," tutur Ibas.
Briket arang yang diproduksi UMKM Makmur dibanderol Rp 4.000 per kilogram (kg). Sementara ini, pemasaran dan penjualan masih di sekitar wilayah Desa Guyung. Ibas berharap jika suatu saat produksi arang batok kelapa dari Desa Guyung dapat merambah hingga ke luar negeri.
"Kita juga ingin arang dari batok kelapa bisa jadi komoditas ekspor ke luar negeri. Saat ini, arang batok kelapa dari Indonesia sudah sampai Prancis, Belgia, Belanda, Korea Selatan, dan masih banyak lagi. Semoga produksi UMKM Sumber Arang Makmur ini juga bisa menyusul agar bisa diekspor," ujar Ibas.
Pemilik UMKM Sumber Arang Makmur, Heri Siswanto menuturkan, saat ini usaha arang batok kelapa masih terkendala terkait bahan baku dan pemasaran. Ketersediaan batok kelapa di wilayah Desa Guyung masih sulit ditemui, plus alat produksi masih minim. "Jualnya masih di sekitar sini-sini aja, mau dipasarkan lebih jauh tapi mesin ovennya (untuk pembakaran) tidak punya," tutur Heri.
Meskipun demikian, Ratna, istri Heri, mengaku, sangat terbantu dengan kedatangan dan dukungan Ibas. "Terima kasih untuk Mas Ibas dan Partai Demokrat atas kedatangannya ke Desa Guyung. Saya mewakili UMKM kecil sangat berterima kasih bisa mengangkat UMKM kami agar bisa lebih maju dan membantu para warga di sekitar sini," ujar Ratna.