Senin 19 Jun 2023 20:27 WIB

Pasar Saham Indonesia Disebut Makin Menarik pada Paruh Kedua 2023

Sentimen pemilu juga akan berimbas positif terhadap sektor bahan pokok.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 0,25 persen atau 17,03 poin ke level 6.880 pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023) sore ini.
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 0,25 persen atau 17,03 poin ke level 6.880 pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023) sore ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham domestik diyakini akan semakin menarik pada paruh kedua 2023. Stabilitas dan kondisi perekonomian Indonesia yang baik bahkan mendorong investor asing masuk ke pasar saham Indonesia.

"Investor asing memiliki optimisme yang lebih baik pada pasar saham Indonesia terlihat dari arus masuk yang cukup konsisten," kata Senior Portfolio Manager, E aqquity Manulife Aset Manajemen Indonesia Caroline Rusli, Ahad (18/6/2022).

Baca Juga

Caroline berharap pada paruh kedua sentimen pasar akan beralih menjadi lebih positif. Salah satunya didukung oleh faktor seperti profitabilitas perusahaan yang baik di kisaran 67 persen dari perusahaan yang merilis kinerja keuangan kuartal pertama.

Menurut Caroline, faktor tersebut membuka peluang kenaikan earnings pada tahun ini. Selain itu, valuasi pasar saham yang relatif rendah dan meningkatnya aktivitas domestik terkait belanja pemilu menjelang akhir tahun dinilai akan mendongkrak kinerja pasar saham.

Dengan latar belakang kondisi makro yang kuat dan penyelenggaraan pemilu di 2024, Caroline memiliki pandangan yang positif terhadap beberapa sektor antara lain sektor keuangan terutama pada bank besar. Sektor keuangan didukung pertumbuhan profitabilitas yang masih kuat, kondisi likuiditas yang terus membaik dan pertumbuhan kredit yang sehat.

"Masalah yang terjadi pada perbankan di Amerika Serikat dan Eropa turut meningkatkan daya tarik sektor perbankan Indonesia yang menawarkan fundamental baik. Pergeseran arus investasi ini menjadi salah satu penyebab dari all time high beberapa emiten bank besar Indonesia," jelas Caroline.

Selanjutnya, Caroline juga memandang positif sektor layanam komunikasi. Sektor ini berpotensi diuntungkan dari aliran dana kampanye lewat meningkatnya belanja masyarakat akan pulsa.

Caroline melihat sentimen pemilu juga akan berimbas positif terhadap sektor consumer staples. Sektor ini akan diuntungkan ketika belanja pemerintah dan aliran dana kampanye mulai terdistribusi secara masif.

Laporan keuangan kuartal perusahaan di sektor consumer staples menunjukkan kinerja yang cukup berbeda antara perusahaan yang menargetkan konsumen menengah ke atas dan menengah ke bawah. Perusahaan yang menargetkan menengah ke atas kinerja penjualan dan profitnya menguat, sedangkan yang menengah ke bawah terlihat trading down ke barang yang lebih rendah harganya, sehingga penjualan dan profit cenderung lebih melemah.

Terakhir, sektor yang menarik untuk dirilis yaitu materials. Sektor ini menjadi bagian dari rantai pasokan Energi Baru dan Terbarukan dengan preferensi eksposur pada emiten yang lebih banyak mendapatkan kontribusi pendapatan dari upstream dibandingkan downstream, karena situasi oversupply smelter yang akan terus bertambah dalam beberapa tahun ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement