Selasa 20 Jun 2023 11:43 WIB

Wahidin Tukang Bubur Apresiasi Gerak Cepat Polres Cirebon Kota

Setelah dua hari ramai diberitakan, Polres Cirebon Kota berhasil menangkap pelakunya.

Wahidin (50 tahun) tukang bubur korban penipuan seleksi penerimaan anggota Bintara Polri saat press rilis diapit Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo (kiri) dan Kapolres Cirebon Kota, AKBP Ariek Indra Sentanu (kanan).
Foto: dok. Republika
Wahidin (50 tahun) tukang bubur korban penipuan seleksi penerimaan anggota Bintara Polri saat press rilis diapit Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Ibrahim Tompo (kiri) dan Kapolres Cirebon Kota, AKBP Ariek Indra Sentanu (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Wahidin (50 tahun) warga Desa Kejuden, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, tak menyangka bisa bertemu langsung dengan Kapolres Cirebon Kota AKBP Ariek Indra Sentanu di Mapolres, Senin (19/6/2023). Terlebih, dia bisa menyampaikan langsung keluhannya kepada orang nomor satu di Polres Cirebon Kota terkait kasus yang tengah dihadapinya. 

"Alhamdulillah, saya bisa bertemu langsung dengan Bapak Kapolres. Terima kasih, Bapak Kapolda, Bapak Kapolres, yang telah membantu saya mencari keadilan," kata Wahidin dengan wajah sumringah.

Baca Juga

Mengenakan baju putih lengan pendek bercorak, lelaki yang sehari-hari berjualan bubur ayam ini dihadirkan dalam press rilis kasus dugaan penipuan seleksi calon anggota Polri di Mapolresta Cirebon Kota. Dalam kasus ini, polisi menetapkan dua orang tersangka, yaitu N (58 tahun) ASN Mabes Polri dan AKP SW, oknum perwira pertama Polresta Cirebon. Wahidin mengungkapkan, perasaan setelah setahun lebih mencari keadilan sebagai korban penipuan.

"Setahun lebih saya mencari keadilan. Alhamdulillah hari ini saya mendapat keadilan. Pelakunya sudah ditangkap dan saya minta diproses sesuai hukum yang berlaku," kata lekaki berperawakan kecil ini.

Kasus yang menimpanya ini terjadi pada awal tahun 2021. Saat itu, dia berniat mendaftarkan anaknya mengikuti seleksi calon anggota Bintara Polri. Rencana itu ia sampaikan kepada oknum polisi AKP SW yang tak lain tetangga di kampungnya. Ia percaya SW bisa membantu mewujudkan mimpi anaknya menjadi seorang anggota polisi. 

Terlebih, saat itu, SW menjabat Kapolsek Mundu, Polres Cirebon Kota. SW kemudian memperkenalkan Wahidin dengan N seorang ASN di Mabes Polri yang bisa membantu mewujudkan keinginannya.

"Awalnya bilang nggak pake uang. Tapi, kemudian dia (N) minta agar saya menyiapkan uang Rp 350 juta. Akhirnya saya penuhi Rp 310 secara bertahap disaksikan SW," kata dia.

Namun janji N dan SW yang bisa meloloskan anaknya menjadi anggota polisi tak terwujud. Anaknya justru gugur dalam seleksi tahap awal. Ia meminta uang yang telah diserahkan kepada tersangka dikembalikan. Namun sampai saat ini uang tersebut tak pernah kembali.

"Saya sampai menggadaikan rumah. Rumah itu sudah dimiliki orang karena saya tak bisa mengembalikan pinjaman," tutur dia.

Upaya mediasi agar uang tersebut bisa kembali kandas. Wahidin kemudian melaporkan kasus tersebut ke polisi. 

Namun setahun berlalu laporannya tak pernah ada titik terang. Hingga akhirnya, ia meminta bantuan pengacara untuk menyelesaikan kasus ini.

Kamis (16/6/2023) kuasa hukum Wahidin, Eka Surya Atmaja, merilis kasus yang dialami kliennya kepada awak media. "Kami sampaikan apresiasi kepada jajaran Polres Cirebon Kota yang merespon cepat keluhan klien kami," ujar Eka kepada awak media.

Pelaku utama ditangkap di Jakarta...

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement