REPUBLIKA.CO.ID, CUTTACK -- Dunia sudah berjalan dengan pengiriman perpesanan instan, panggilan video, internet, dan telepon seluler. Namun polisi di Negara Bagian Odisha di India timur melestarikan sekawanan merpati pos untuk digunakan ketika bencana memutuskan hubungan komunikasi.
Kebiasaan pengiriman pesan itu berasal dari masa pemerintahan kolonial Inggris. Ketika itu kantor polisi menggunakan burung untuk berkomunikasi satu sama lain dan hingga saat ini layanan merpati pos negara mempekerjakan lebih dari 100 merpati Homer Belgia.
"Kami memelihara merpati untuk nilai warisan mereka dan melestarikannya untuk generasi mendatang," kata inspektur jenderal polisi di distrik Cuttack Satish Kumar Gajbhiye.
Polisi mengatakan, merpati dapat terbang dengan kecepatan 55 kilometer per jam hingga 800 km. Mereka telah terbukti menjadi penyelamat setidaknya dua kali dalam empat dekade terakhir.
Para burung itu memainkan peran penting setelah jalur komunikasi terputus pada 1999, ketika angin topan yang kuat melanda wilayah pesisir. Keberadaan merpati ini pun kembali menolong manusia pada 1982, selama banjir dahsyat di beberapa bagian negara bagian.
Merpati biasanya membawa pesan yang ditulis di atas kertas tipis, dimasukkan ke dalam kapsul dan kemudian diikat ke kaki. "Kami mulai melatih burung-burung itu pada usia lima hingga enam minggu, ketika mereka ditempatkan di peti dan ditempatkan di tempat berlindung," kata Parshuram Nanda yang merawat burung-burung itu.
Seiring bertambahnya usia, merpati dibawa agak jauh untuk dibebaskan dan terbang kembali ke tempat berlindung dengan insting. “Jaraknya ditambah secara bertahap, dan dalam waktu 10 hari, mereka sudah bisa kembali dari jarak sekitar 30 km,” kata Nanda.
Tapi, kelahiran komunikasi modern menmepatkan merpati-merpati itu lebih banyak berperan dalam peran seremonial. Mereka bekerja untuk memperingati hari libur nasional seperti Hari Kemerdekaan dan Hari Republik.