REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Komunitas relawan terus mengonsolidasikan langkah-langkah dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan (karhut) lereng Gunung Merbabu, di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Sejauh ini, hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) menjadi salah satu kawasan hutaan yang rentan terhadap terjadinya kebakaran, terutama pada saat musim kemarau berlangsung.
Koordinator Relawan Pencinta Alam Pinoes Getasan, Suryo Sigit mengungkapkan, koordinasi intern dengan relawan pencinta alam di kawasan Gunung Merbabu telah dilakukan guna mengantisipasi karhut.
Guna mendukung langkah pencegahan dan antisipasi karhut di lereng Merbabu juga telah disiapkan berbagai peralatan-peralatan untuk penanganan terhadap terjadinya kebakaran hutan.
“Kami komponen relawan juga terus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan, dalam hal ini TNGMb, telah mengaktifkan patroli Kejantara,” katanya, saat dikonfirmasi di Getasan, Kabupaten Semarang, Selasa (20/6/2023).
Belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata Sigit, para relawan telah menyiapkan bak penampungan air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk penanganan kebakaran hutan di lereng Merbabu.
Bak tampung air berukuran 3 x 1,5 meter ini disiapkan di lokasi yang selama ini sering terjadi kebakaran, yakni di petak/blok Ngroto. “Dengan bak penampungan ini, apabila terjadi kebakaran di lokasi tersebut tinggal disedot dan disemprotkan untuk pemadaman api,” ujarnya.
Bahkan, pada saat para relawan dan masyarakat membersihkan lahan jalur pipa air dari sumber di Gunung Merbabu juga telah dimanfaatkan untuk membuat sekat-sekat untuk menghambat dan melokalisir api, apabila terjadi kebakaran.
Di luar kesiapan infrastruktur ini, kata Sigit, imbauan-imbauan kepada warga yang akan melakukan aktivitas di lereng Merbabu agar mengurangi risiko terjadinya kebakaran hutan juga terus digencarkan.
Kepada para pendaki yang akan melakukan aktivitas di puncak Merbabu juga diminta untuk tidak membuat perapian di atas dan lebih berhati-hati dengan api yang berasal dari puntung rokok.
“Prinsipnya, siapa pun yang akan beraktivitas di Merbabu diminta untuk berkomitmen menjaga dan meminimalkan kegiatan yang dapat berisiko terhadap terjadinya kebakaran hutan,” kata Sigit.
Bahkan, dalam kegiatan konservasi dan konser musik yang akan digelar di Umbul Songo, Kopeng, akhir pekan ini, juga bakal dimanfaatkan para relawan untuk mengampanyekan pentingnya konservasi alam.
Namun, juga akan kami optimalkan untuk mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap bahaya kebakaran hutan lereng Merbabu. “Terlebih, musim kemarau tahun ini diprediksi akan berlangsung lebih panjang,” katanya.