REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Genre film fiksi ilmiah (sci-fi) menjadi genre yang dapat mengeksplorasi tema, seperti kehidupan dan pemikiran keabadian dan esensi manusia. Tema yang diangkat telah diselidiki manusia selama ribuan tahun.
Karena tidak memiliki jawaban dan penjelasan, film yang mengangkat tema itu sering kali berakhir ambigu. Ini memicu perdebatan sengit dan diskusi tanpa akhir. Jika Anda menyukainya atau ingin mencoba menontonnya, berikut 10 film fiksi ilmiah yang memiliki akhir ambigu, seperti dikutip dari laman Movieweb, Selasa (20/6/2023):
1. Annihilation
Diadaptasi dari buku Jeff VanderMeer dengan judul yang sama, Annihilation bercerita tentang sekelompok ilmuwan wanita yang dipimpin oleh Lena (Natalie Portman). Mereka menjelajah ke Shimmer, zona misterius di Everglades yang diambil alih oleh pertumbuhan pesat kehadiran alien yang bermutasi tanaman dan satwa liar. Saat zona meluas dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, Lena dan timnya ditugaskan untuk mempelajari bagaimana Shimmer beroperasi dengan harapan mereka dapat menghentikannya.
2. 2001: A Space Odyssey
Hampir 60 tahun setelah rilis aslinya, film ini masih berhasil memesona dan menginspirasi. Film ini termasuk dalam film terbaik yang pernah dibuat. Meski begitu, penonton akan sulit memahami film ini.
Seperti yang tersirat dari judulnya, film yang digarap Stanley Kubrick merupakan sebuah pengembaraan. Ini dimulai pada era prasejarah dan membawa penonton melintasi ruang dan waktu yang semuanya terhubung secara misterius oleh Monolith, sebuah artefak alien yang tidak diketahui asal-usulnya.
3. Inception
Inception yang digarap oleh Christopher Nolan adalah salah satu film fiksi ilmiah paling berpengaruh dan orisinal pada abad ini. Leonardo DiCaprio berperan sebagai Dom Cobb, seorang pencuri profesional yang memiliki kemampuan mencuri informasi dari pikiran orang dengan menyusup ke dalam mimpi mereka.
Namun, untuk tugas terbarunya, Cobb terpaksa menyusup ke dalam pikiran seorang miliarder untuk tidak mencuri sesuatu, tetapi untuk menanamkan ide. Tugas tersebut mengharuskan dia dan timnya untuk turun lebih jauh ke alam bawah sadar daripada yang pernah mereka bayangkan.
Ini adalah pekerjaan yang rapuh dan sangat rumit. Penonton diperlihatkan perbedaan antara yang nyata dan yang tidak terasa kabur.
4. Blade Runner
Blade Runner adalah salah satu film fiksi ilmiah yang paling menggugah pikiran dan filosofis pada tahun 1980-an. Film ini merenungkan apa yang membuat kita menjadi manusia.
Diadaptasi dari Do Androids Dream of Electric Sheep? oleh penulis terkenal Philip K Dick, Blade Runner diatur dalam masa depan distopia di Los Angeles sekitar tahun 2019 saat manusia sintetis yang dikenal sebagai replika telah diproduksi oleh konglomerat Tyrell untuk tujuan kerja koloni luar angkasa.
Rick Deckard (Harrison Ford) adalah Blade Runner, seseorang yang bertugas melacak dan menghentikan replikasi yang salah yang telah menyusup ke masyarakat bumi. Tugas terbarunya adalah melacak Roy Batty (Rutger Hauer), kepala kelompok buronan replika.
5. eXistenZ
Jennifer Jason Leigh berperan sebagai Allegra Geller, desainer video game terkenal yang bertanggung jawab untuk membuat game realitas virtual canggih. Namun, dia menemukan dirinya terjebak dalam permainan inovatif ciptaannya sendiri, diburu oleh pembunuh yang dikirim oleh pesaing perusahaannya. Sama seperti film Total Recall, sutradara David Cronenberg tertarik membedah makna realitas di eXistenZ, yaitu ketika batas antara dunia game dan dunia nyata menjadi kabur.
Selain kelima film tersebut, ada juga film sci-fi lainnya yang juga memiliki akhir kisah membingungkan. Film-film tersebut yakni Stalker, Total Recall, High Life, The Thing, dan Memoria.