REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pria dan wanita memiliki respons fisiologis berbeda terhadap minuman beralkohol. Bukti epidemiologis menunjukkan, hampir 20 persen laki-laki dewasa mengalami penyalahgunaan alkohol atau menderita komplikasi terkait alkoholisme.
Di sisi lain, hanya sekitar 6 persen wanita dewasa yang alkoholik atau menyalahgunakan alkohol secara teratur. Namun, wanita menderita lebih banyak konsekuensi kesehatan terkait alkohol.
Alkohol terutama didetoksifikasi oleh alkohol dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase mitokondria (ALDH2) di hati, yang berbeda pada pria dan wanita. Selain itu, wanita mungkin lebih sensitif terhadap depresi kontraktil jantung yang diinduksi asetaldehida produk metabolisme etanol, yang dapat menyebabkan perbedaan jenis kelamin pada kardiomiopati alkoholik.
Mengapa wanita lebih rentan terkena masalah kesehatan otak, serangan jantung, dan penyakit hati akibat konsumsi alkohol dalam waktu lama? Dilansir laman Indian Express pada Selasa (20/6/2023), konsekuensi yang terkait dengan minuman keras dipercepat pada wanita. Seorang pria misalnya bisa menjadi peminum berat selama 20 sampai 30 tahun dan mengalami kesulitan sedang, tetapi seorang wanita bisa menjadi peminum berat hanya selama lima tahun dan memiliki masalah kesehatan sedang.
Wanita berisiko lebih besar terkena masalah kesehatan terkait alkohol seiring bertambahnya usia karena fisiologinya. Para ilmuwan telah menemukan bahwa wanita menghasilkan lebih sedikit enzim yang disebut alkohol dehidrogenase (ADH) yang dilepaskan di hati dan memecah alkohol di dalam tubuh.
Sedangkan alkohol diserap oleh lemak dan didispersikan oleh air. Wanita memiliki respons fisiologis yang lebih parah terhadap alkohol karena jumlah lemak tubuh yang lebih besar secara alami, dan kadar air tubuh yang lebih rendah. Itu sebabnya wanita mencapai kadar alkohol yang lebih tinggi dalam darah, setelah minum alkohol dalam jumlah yang setara dengan pria.
Alkohol dalam darah ibu hamil masuk ke bayi melalui tali pusar. Penggunaan alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, dan berbagai masalah fisik, perilaku dan intelektual, yang kondisnya bertahan lama. Kondisi ini disebut sebagai gangguan spektrum alkohol janin (FASD). Anak-anak FASD dapat menunjukkan fitur dan perilaku berikut:
1. Tidak ada lengkungan antara hidung dan bibir atas (disebut philtrum)
2. Ukuran kepala kecil
3. Lebih pendek dari tinggi rata-rata
4. Berat badan rendah
5. Koordinasi yang buruk
6. Perilaku hiperaktif
7. Kesulitan konsentrasi
8. Memori buruk
9. Kesulitan di sekolah (terutama dengan matematika)
10. Ketidakmampuan belajar
11. Keterlambatan bicara dan bahasa
12. Cacat intelektual atau IQ rendah
13. Keterampilan penalaran dan penilaian yang buruk
14. Masalah tidur dan mengisap saat masih bayi
15. Masalah penglihatan atau pendengaran
16. Masalah dengan jantung, ginjal, atau tulang
Dengan maraknya konsumsi alkohol, mendeteksi kecanduan alkohol pada orang yang dicintai atau bahkan pada diri sendiri mungkin sulit. Memiliki kesadaran terhadap bahaya alkohol dapat mendorong Anda untuk mengenali gejala kecanduan alkohol.
Salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kesadaran tentang alkohol adalah memulai percakapan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Anda dapat mendiskusikan bahaya minum berlebihan, berbagi cerita pribadi, dan mendiskusikan cara mempromosikan kebiasaan minum yang bertanggung jawab.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berhenti minum alhokol. Ini melibatkan tujuh tes sederhana.
Ketujuh hal tersebut yakni: tetapkan tujuan dan bersiaplah untuk perubahan, kaji manfaat mengurangi versus berhenti minum alkohol sama sekali, serta cari opsi perawatan kecanduan alkohol. Selain itu, Anda perlu menarik diri dari alkohol dengan aman, mendapatkan dukungan, temukan makna baru dalam hidup, serta rencanakan pemicu dan keinginan.
https://indianexpress.com/article/health-wellness/drinking-alcohol-affect-women-more-than-men-8666630/