REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah kurban merupakan syari'at yang tua. Ibadah kurban telah ada sejak nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah menyembelih anaknya yakni Ismail sebagai ujian keimanan.
Nabi Ibrahim memiliki seorang putra yang sangat dicintainya yakni Ismail yang kelak menjadi seorang nabi dan rasul. Nabi Ibrahim sangat menyayangi Ismail sebab dia adalah putra yang sangat dinanti-nantikan kelahirannya setelah berpuluh-puluh tahun menikah dengan Hajar. Tapi ketika Ismail tengah dalam usia lucu-lucunya, nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya itu.
Wahyu kepada nabi Ibrahim yang berisi perintah menyembelih Ismail adalah sebagai ujian dari Allah SWT. Dan sebagai bukti kecintaan nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Alquran As Saffat ayat 102).
Para ulama sepakat bahwa mimpi para nabi itu adalah mimpi yang benar berupa wahyu (arru'ya as shodiqah). Dalam kitab tafsir ibn Jarir al Tabari, terdapat ketertarikan yang diriwayatkan Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa mimpinya nabi Ibrahim terkait perintah menyembelih putranya itu terjadi tidak hanya sekali melainkan terjadi beberapa kali. Fase ini juga yang kemudian diabadikan dalam ritual haji.