REPUBLIKA.CO.ID,MADINAH -- Menjadi tantangan tersendiri bagi petugas yang secara khusus melayani jamaah lansia. Apalagi jamaah haji Indonesia yang berusia 65 tahun ke atas pada penyelenggaraan ibadah haji 1444 H/2023 M sangat banyak. Jumlahnya mencapai 67.000 orang atau sekitar 30 persen dari 229.000 total kuota jamaah haji Indonesia tahun ini.
Kementerian Agama telah mencanangkan tagline “Haji Ramah Lansia” pada penyelenggaraan tahun ini. Sejumlah ikhtiar dilakukan dalam rangka mewujudkan upaya optimalisasi layanan kepada seluruh jamaah haji, termasuk mereka yang masuk kategori lansia.
Organisasi kesehatan dunia atau WHO mendefinisikan lansia sebagai orang dengan usia 60 tahun ke atas. Namun, Kementerian Agama menetapkan prioritas lansia tahun ini adalah jamaah dengan usia 65 tahun ke atas.
Suria Ati Kusumah, dari Tim Layanan Lansia mengaku di saat suasana sedang riweuh karena menyambut kedatangan jamaah, ada jemaah Lansia yang butuh bantuan karena pampersnya bocor.
Suria dan teman-teman pun harus membersihkan jamaah usai buang air kecil, mengganti pampers dan pakaian hingga mengantar jamaah tersebut ke dalam kamar yang telah disiapkan.
"Turun dari bus, perlahan antar ke toilet wanita, bukakan baju dan celana, bersihkan setelah buang air kecil, gantikan pampers, dan mendampingi jalan menuju kursi, hingga ke lantai kamar yang telah disiapkan. Ahamdulillah semua dilakukan dengan gembira, suka cita, sabar, tulus, sayang," ujarnya.
Cerita yang sama diungkap Mustiko, 54 tahun, tugas di Tim Layanan Lansia Sektor 5 Daker Madinah. Mustiko kerap menemui jamaah haji lansia dengan berbagai keadaan yang sangat membutuhkan pertolongannya.
"Tak sedikit jamaah haji lansia yang menderita stroke, tidak bisa berjalan, bahkan mengalami demensia," kata dia.
Selama melayani jamaah lansia, entah sudah berapa kali seragam Mustiko basah kuyup. Bukan karena keringatnya saat menggendong atau membopong jemaah.
Seragam Mustiko basah lantaran terkena air pipis jemaah haji lansia. Perjalanan panjang dari Tanah Air hingga ke Arab Saudi selama kurang kebih 9 jam membuat pampers yang dikenakan jamaah haji lansia tersebut tidak cukup menampungnya.
"Jamaah dari pesawat sudah ngompol, mungkin karena perjalanan jauh. Pampers sudah tidak nampung," katanya.
Kondisi jamaah haji yang mengalami stroke, ditambah bobot badannya yang cukup berat sekitar 80 Kilogram membuat upaya untuk memindahkan jamaah asal Tulungaggung dari bus ke penginapan membutuhkan kerja keras.
"Saya tidak kuat menggendong akhirnya jamaah duduk di lantai bus, saya juga ngesot, baru bisa karena enggak ada yang kuat. Sampai di kursi roda, pipis sudah di baju basah semuanya," ucapnya.
Pengalaman yang sama juga dialami Mustiko saat melayani jamaah dari Jawa Barat, Ternate, Maros, dan sebagainya. "Memang tugas kami membantu jamaah haji apalagi yang sudah usia lanjut. Dulu di keluarga ada kakek, bapak dulu penyintas stroke. Alhamdulilkah saya enggak jijik orangnya," ujarnya.
Biasanya setelah bajunya basah kena pipis jemaah, Mustiko mencucinya dan langsung dipakai kembali. "Kita cuci terus kita pakai lagi, jadi kering di tempat (badan). Nanti kering di tempat, itu asli. Jadi kita cuci jalan lagi balik ke hotel," ucapnya.
Pria asal Semarang, Jawa Tengah ini mengaku pernah menemukan jamaah haji lansia perempuan pingsan di samping hotel. Ketika itu, rombongannya baru tiba di hotel.
"Jamaah haji asal Sukabumi ini enggak sabar cari toilet. Turun dari bus langsung keliling hotel tapi malah pingsan, sudah kaku kakinya. Saya gendong enggak mau, dia minta suaminya. Setelah dirayu akhirnya mau diangkat," tuturnya.
Mutiko mengaku, pertolongan yang diberikan kepada seluruh Jangan haji merupakan panggilan jiwa. "Otomatis terpanggil, tidak pandang bulu begitu ada di depan mata kita layani. Yang penting ikhlas benar-benar kita niatkan melayani jamaah sudah ibadah luar biasa seperti melayani orang tua sendiri," ucapnya.