Rabu 21 Jun 2023 17:45 WIB

Kemendag: Harga Mayoritas Kebutuhan Pokok Nasional Relatif Stabil

Harga daging ayam ras yang mengalami kenaikan 4,3 persen.

Mendag Zulkifli Hasan memantau harga bahan pokok di Pasar Besar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Foto: Pemprov Kalteng
Mendag Zulkifli Hasan memantau harga bahan pokok di Pasar Besar, Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim menuturkan, harga mayoritas bahan pokok secara nasional relatif stabil, kecuali harga daging ayam ras yang mengalami kenaikan 4,3 persen.

"Ketersediaan dan pangan dalam negeri kami melihat per 19 Juni 2023 rata-rata harga nasional barang kebutuhan pokok relatif stabil, kecuali untuk daging ayam ras yang mengalami kenaikan dibanding sebulan lalu sebesar 4,3 persen menjadi Rp 38.800," ujar Isy dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (21/6/2023).

Ia melanjutkan, harga beberapa komoditas juga ada di atas harga eceran tertinggi (HET), di antaranya minyak goreng curah yang menyentuh angka Rp 14.800 per liter, beras medium Rp 11.600 per kilogram, serta beras premium Rp 13.900.

Pihaknya pun tengah fokus untuk senantiasa menjaga stabilitas dan pasokan barang kebutuhan pokok untuk menjaga daya beli masyarakat serta menjaga inflasi nasional.

Kebutuhan lainnya, seperti cabai merah turut dilaporkan mengalami kenaikan sebesar 3,38 persen menjadi Rp 39.800 per kilogram, cabai rawit merah naik 3,20 persen menjadi Rp 45.200 per kilogram, serta bawang putih naik 2,42 persen menjadi Rp 38.100 per kilogram.

Sementara itu cabai merah justru mengalami penurunan harga 2,48 persen dibandingkan bulan lalu menjadi Rp 39 ribu per kilogram, gula pasir juga mengalami kenaikan 1,38 persen menjadi Rp 14.700 per kilogram dan daging sapi turun 0,51 persen menjadi Rp 137.700 per kilogram.

Isy mengatakan, seiring dengan prediksi fenomena alam El Nino, diperlukan strategi kebijakan untuk mendukung ketahanan pangan, kedaulatan dan kemandirian pangan.

Sebagai langkah antisipasi untuk memenuhi beberapa kebutuhan komoditas impor, ia menegaskan perlu melakukan kerja sama perdagangan dengan negara produsen.

"Kerja sama bisnis ke bisnis (business to business / B to B), maupun (government to government/ G to G) dalam rangka penguatan cadangan pangan pemerintah," pungkasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement