REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, rudal balistik antarbenua generasi baru milik negaranya, yakni Sarmat, akan segera dikerahkan untuk tugas tempur. Sarmat mampu membawa lebih dari sepuluh hulu ledak nuklir.
Dalam pidatonya kepada lulusan baru akademi militer Rusia pada Rabu (21/6/2023), Putin menekankan pentingnya "tiga serangkai" kekuatan nuklir Rusia yang dapat diluncurkan dari darat, laut, atau udara. “Tugas terpenting di sini adalah pengembangan triad nuklir, yang merupakan jaminan utama keamanan militer Rusia dan stabilitas global,” katanya.
“Sudah sekitar setengah dari unit dan formasi Pasukan Rudal Strategis (Rusia) dilengkapi dengan sistem Yars terbaru dan pasukan dilengkapi kembali dengan sistem rudal modern dengan hulu ledak hipersonik Avangard,” ujar Putin.
Dia kemudian menyinggung tentang peluncur rudal balistik Sarmat. “Peluncur Sarmat pertama akan ditempatkan dalam tugas tempur dalam waktu dekat,” kata Putin.
Rudal Sarmat baru dirancang untuk melakukan serangan nuklir pada target ribuan mil jauhnya di Amerika Serikat (AS) atau Eropa. Namun, penyebarannya berjalan lebih lambat dari yang direncanakan. Pada April 2022, Moskow sempat menyampaikan bahwa Sarmat rencananya dikerahkan pada musim gugur tahun lalu.
Dmitry Rogozin, kepala badan antariksa Rusia tahun lalu, mengatakan pada waktu itu bahwa rudal akan dikerahkan dengan satu unit di wilayah Krasnoyarsk Siberia, sekitar 3.000 kilometer timur Moskow. Rogozin mengungkapkan, Sarmat akan ditempatkan di situs dan silo yang sama dengan rudal Voyevoda era Soviet yang mereka gantikan.
Kala itu Rogozin memuji Sarmat sebagai senjata super baru. Menurutnya, pengerahan Sarmat akan menjadi peristiwa bersejarah yang bakal menjamin keamanan anak dan cucu Rusia dalam 30-40 tahun mendatang.
Pada Februari lalu, Putin mengungkapkan, rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM) jenis baru akan dikerahkan sekitar tahun ini. Rudal yang teridentifikasi yakni Sarmat atau dijuluki “Satan 2” oleh para analis Barat. Ia menjadi salah satu rudal generasi terbaru Rusia yang digambarkan Putin sebagai “tak terkalahkan”.
Pada Februari lalu, Putin memutuskan menangguhkan partisipasi negaranya dalam perjanjian New Strategic Arms Reduction Treaty (New START). “Saya harus mengatakan hari ini bahwa Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam New START. Saya ulangi, bukan menarik diri dari perjanjian, tidak, tapi hanya menangguhkan keikutsertaannya,” kata Putin saat memberikan pidato kenegaraan di Majelis Federal Rusia, 21 Februari lalu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
New START adalah perjanjian kontrol senjata yang dijalin Rusia dan AS sejak 2010. Masa aktifnya seharusnya berakhir pada 5 Februari 2021, tapi kedua negara sepakat memperpanjangnya. Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pengebom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.
Sebelumnya AS dan Rusia juga terikat dalam Perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian itu bubar setelah kedua negara saling tuding melanggar poin-poin kesepakatan. INF ditandatangani pada 1987. Ia melarang Washington dan Moskow memproduksi dan memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.