REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Misi pencarian kapal selam yang hilang saat menjelajahi bangkai kapal Titanic terus berlanjut. Namun, harapan untuk menemukan lima orang di dalamnya hidup-hidup semakin berkurang.
Para ahli khawatir kadar oksigen di dalam kapal dapat mencapai tingkat yang sangat rendah saat ini. Pencarian mencakup area besar, bahkan meluas di Samudra Atlantik.
Tak hanya masalah lokasi dan area yang luas, ada beberapa kondisi yang menghambat pencarian kapal OceanGate Expeditions Titan itu terbukti sangat sulit. Bangkai kapal Titanic berada di kedalaman hampir 4.000 meter di Samudera Atlantik. Ini adalah tempat yang sangat sulit dijangkau.
Reporter teknologi dan sains CBS, David Pogue, melakukan perjalanan dengan Titan pada tahun lalu. Dia mengatakan, pencarian kapal selam itu sangat sulit, mengingat lokasinya yang kemungkinan berada di dalam atau di dekat reruntuhan Titanic.
"Dalam hal ini, itu adalah salah satu dari hanya tiga atau empat kapal di dunia yang dapat turun ke kedalaman Titanic. Kapal lain yang mampu turun ke kedalaman itu akan membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap,” kata Pogue dilansir ABC Net, Kamis (22/6/2023).
Pogue mengatakan, meskipun kapal selam itu berada di permukaan laut, tetapi menemukan dan membebaskan penumpang sebelum oksigen habis bisa menjadi masalah lain. "Itu bisa terjadi di permukaan (laut) Atlantik Utara, yang merupakan gelombang setinggi enam kaki, dan berkabut, kapal selam itu sendiri berwarna putih," ujar Pogue.
Penumpang harus bisa membebaskan diri dari badan kapal selam untuk bisa mendapatkan udara. Namun, kapal hanya bisa dibuka dari luar.
Pogue mengatakan, pernah menyaksikan Titan tersesat sekitar lima jam pada tahun lain. Titan tidak bisa ditemukan menggunakan GPS, atau komunikasi lainnya. Namun GPS tidak berfungsi di bawah air dan tidak ada yang menghubungkan Titan ke kapal pendukung permukaannya.
Direktur Shipbuilding Hub di University of Adelaide, Eric Fusil, mengatakan satu-satunya cara mendeteksi atau berkomunikasi dengan Titan adalah melalui air laut, yang tentu tidak mudah. "Sayangnya, di bawah permukaan, air laut menghalangi perambatan dengan sangat cepat, tidak ada radar, tidak ada GPS, dan lampu sorot atau sinar laser diserap dalam jarak beberapa meter," kata Fusil.
Kapal selam seperti Titan sebagian besar dapat menggunakan sensor suara akustik dan peralatan komunikasi. Dalam keadaan normal, awak kapal selam dapat mengirimkan pesan teks melalui sistem akustik dasar ultrapendek.
The US Coast Guard meluncurkan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (ROV) di lokasi terakhir Titan. Kemudian, sebuah pesawat diberitakan mendeteksi suara-suara bawah air di area pencarian. Sonar juga digunakan untuk mengirimkan gelombang suara ke kedalaman laut, saat penyelamat menunggu untuk mendengar gema gelombang yang memantul kembali dari kapal.
Profesor dari Flinders University, Sam Drake, mengatakan gema akan sulit terdengar di kedalaman seperti lokasi bangkai kapal Titanic. "Masalahnya adalah kita harus cukup dekat untuk mendengar gema dan kita harus bisa membedakan gema Titan dari kehidupan laut dan benda lain, seperti kontainer pengiriman," ujar Drake.
Bahkan jika Titan memiliki ping akustiknya sendiri, para ahli mengatakan akan sulit untuk mendengar gema mengingat kemungkinan kedalamannya dan cuaca buruk di permukaan, yang juga dapat menyebabkan masalah pada radar udara. Drake mengatakan, sinyal dari ponsel atau radio CB yang ada di kapal kemungkinan bisa terdengar, tetapi jika komunikasinya masih berfungsi.
“Ini adalah situasi jarum dalam tumpukan jerami tetapi dengan menyisir, pengamatan visual, radar, sonar, dan teknik pasif, mudah-mudahan Titan segera ditemukan,” kata Drake.