REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinamika politik menjelang Pilpres 2024 masih terus bergulir. Pengamat politik, Saiful Mujani, mengatakan, sampai saat ini empat poros koalisi yang melahirkan empat pasangan calon masih memungkinkan terjadi.
Ia menerangkan, dilihat dari ketentuan UU, seseorang bisa dicalonkan sebagai capres atau cawapres bila diusung kekuatan partai yang punya wakil di DPR sebanyak 20 persen. Baik satu partai maupun gabungan partai.
Dengan cara bentuk-bentuk koalisi tertentu, dia menyampaikan, maksimal memang akan ada empat pasangan capres yang maju. Sebab, cuma ada satu partai politik yang bisa mencalonkan sendiri, yaitu PDI Perjuangan.
Menariknya, PDIP sudah menetapkan capres mereka secara definitif Ganjar Pranowo. Walaupun tanpa ada partai lain yang mau bergabung sudah cukup, ternyata PPP sudah menyatakan untuk turut mendukung Ganjar Pranowo.
Selain itu, ada Perindo, Hanura, Partai Buruh dan PSI yang sudah jauh jauh hari mendukung Ganjar Pranowo. Setidaknya, saat ini partai di luar parlemen cenderung mendukung Ganjar, walaupun belum mendaftar ke KPU.
"Di luar itu bisa ada tiga lagi. Selain PDI Perjuangan dan PPP, mereka harus berkoalisi. Gerindra, partai dengan kekuatan kedua setelah PDIP, tapi di DPR kursi mereka di bawah Golkar," kata Saiful, Kamis (22/6).
Partai Golkar sendiri sampai hari ini belum memutuskan. Tapi, melihat KIB yang dibangun Golkar, PPP, dan PAN, saat ini setidaknya PPP berharap ke Golkar dan PAN untuk bergabung sama-sama mendukung Ganjar Pranowo.
Namun, Saiful menilai, jika itu tidak terjadi semakin menguatkan potensi empat paslon karena PAN dan Golkar cukup calonkan satu paslon. Apalagi, Golkar sebagai partai besar mengamanahkan ketua umum sebagai capres.
Hal itu dirasa amanah yang masuk akal sesuai keputusan yang dibuat elit Golkar. Pasangan untuk Airlangga Hartarto bisa Zulkifli Hasan, bisa pula tokoh lain yang belakangan banyak disosialisasikan PAN, Erick Thohir.
Kemudian, ada Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar yang suaranya cukup untuk maju. Terakhir, ada Koalisi Perubahan untuk Persatuan, berisi tiga partai dengan kekuatan seimbang, Partai Nasdem PKS dan Partai Demokrat.
"Kalau tidak terjadi perubahan berarti kita bisa punya empat pasangan," ujar Saiful.
Pendiri SMRC itu menambahkan, sebelumnya empat pasangan capres-cawapres itu mungkin terjadi karena PDIP bisa maju sendiri. Sebab, tidak seperti Golkar dan PAN, PPP yang pindah tidak mengurangi raihan suara koalisi.
"Kalau PAN yang pergi jadi lain ceritanya, kalau PAN yang bergabung duluan itu tidak bisa dibentuk, tidak cukup Golkar dan PPP atau misalnya Golkar pergi duluan, sekarang ini yang terjadi masih mungkin empat itu," kata Saiful. (Wahyu Suryana)