REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam Rusia atas pembunuhan 136 anak-anak di Ukraina pada tahun 2022. Berdasarkan laporan Dewan Keamanan PBB, Rusia masuk dalam daftar negara pembunuh anak-anak.
PBB juga verifikasi angkatan bersenjata dan kelompok yang berafiliasi dengan Rusia telah melukai hingga cacat 518 anak-anak dan menyerang 480 sekolah dan rumah sakit. Dalam laporan itu disebutkan Angkatan Bersenjata Rusia diduga menggunakan 91 anak-anak sebagai tameng manusia.
Rusia membantah mengincar warga sipil dalam invasinya ke Ukraina sejak Februari 2022. Laporan yang dilihat kantor berita Reuters, Kamis (22/6/2023) juga memverifikasi angkatan bersenjata Ukraina membunuh 80 anak-anak, melukai hingga catat 175 anak-anak dan melakukan serangan sebanyak 212 kali ke sekolah dan rumah sakit. Angkatan bersenjata Ukraina tidak masuk dalam daftar negara pembunuh anak-anak.
Dalam laporan itu Guterres mengatakan ia "sangat terkejut" dengan banyaknya anak-anak yang tewas terbunuh dan terluka serta tingginya angka serangan ke sekolah dan rumah sakit oleh angkatan bersenjata Rusia. Ia juga "sangat terganggu" dengan tingginya serangan pada anak-anak yang dilakukan angkatan bersenjata Ukraina.
Perwakilan Rusia untuk PBB di New York belum menanggapi permintaan komentar mengenai laporan tersebut. Laporan tahunan Guterres yang diserahkan ke Dewan Keamanan PBB ini mengenai anak-anak dan konflik bersenjata.
Laporan itu mencakup pembunuhan, membuat catat, pelecehan seksual, penculikan dan perekrutan tentara anak-anak, menghalangi akses bantuan dan menyerang sekolah dan rumah sakit. Laporan tersebut dikumpulkan Perwakilan Khusus Anak-anak dan Konflik Bersenjata PBB Virginia Gamba.
Bulan lalu Gamba berkunjung ke Ukraina dan Rusia, di mana ia bertemu dengan Perwakilan Khusus Hak Anak Rusia Maria Lvova-Belova. Mahkamah Internasional (ICC) mengeluarkan surat penangkapan untuk Lvova-Belova.
Bulan lalu ICC mengeluarkan surat penangkapan untuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Lvova-Belova yang dituduh mendeportasi paksa anak-anak Ukraina ke Rusia. Mereka juga dituduh memindahkan orang dengan ilegal dari Ukraina ke Rusia sejak invasi Moskow pada 24 Februari 2022.
Moskow mengatakan surat penangkapan itu tidak sesuai hukum karena Rusia bukan penandatangan perjanjian yang menjadi dasar terbentuknya ICC.
Dalam laporannya mengenai anak-anak dan konflik bersenjata, PBB memverifikasi penculikan 91 anak-anak yang dilakukan angkatan bersenjata Rusia. Semuanya sudah dibebaskan. Laporan itu juga memverifikasi pemindahan 46 anak-anak dari Ukraina ke Rusia.
Rusia tidak menutupi program yang membawa ribuan...