REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hertha Berlin menghadapi ketidakpastian masa depan akibat masalah keuangan, meski telah mendapat keputusan untuk menunda sejumlah pembayaran pinjaman uang berbunga tinggi. Masalah keuangan yang dimiliki klub ibu kota Jerman itu dapat membuatnya kehilangan lisensi operasi dari Federasi Sepak bola Jerman (DFB).
Terdegradasi pada akhir musim lalu setelah bertahun-tahun berkutat di papan bawah, Hertha kini menghadapi ketidakpastian untuk dapat berkompetisi di Divisi II.
Klub telah bernegosiasi untuk perpanjangan durasi pembayaran utang sebesar 40 juta euro, yang awalnya akan dibayarkan pada 2023, untuk dapat dibayarkan pada 2025. Hal itu membuka jalan bagi DFB untuk menyetujui pemberian lisensi klub pada Senin (19/6/2023).
Gagal untuk mendapatkan lisensi tersebut, akan membuat Herth dapat terdegradasi ke kompetisi strata keempat. Situasi semakin pahit bagi Hertha karena rival sekota Union Berlin, mampu berkompetisi di Liga Champions setelah hanya empat tahun berada di divisi teratas.
Saat miliarder Lars Windhorst membeli 37,5 persen saham klub pada 2019, ia berjanji membawa Hertha ke papan atas sepak bola Jerman. Empat tahun berselang, Hertha terdegradasi meski telah menghabiskan dana 374 juta euro untuk mendatangkan para pemain baru.
Pada Mei 2023, legenda sekaligus pelatih klub Pal Dardai melontarkan kritik bahwa pembelian-pembelian mahal tersebut yang disebutnya lebih untuk "memuaskan gaya hidup, mobil, dan penampilan mewah" dibanding memperbaiki kondisi klub.
Pada Maret 2023, Windhorst menjual sahamnya kepada 777 Partners, yang juga merupakan pemilik klub Sevilla (Spanyol), Genoa (Italia), dan Standard Liege (Belgia). Meski perusahaan investasi swasta itu telah mengambil alih Hertha serta utang-utangnya, model kepemilikan multiklub itu juga berarti jumlah modal sebenarnya menjadi tidak jelas.
Daniel Trousil, dari organisasi penggemar Herthe Freunde Berlin Sud, mengatakan kepada AFP, Kamis (22/6/2023) bahwa ia telah bersiap untuk terdegradasinya Hertha, yang telah terlihat indikasinya selama empat tahun terakhir.
Pria 45 tahun itu mengatakan, sejak kedatangan Windhorst dan kekayaan yang tidak ternilai, hanya kesalahan-kesalahan yang ada. Ia pun menyebut rezim Windhorst "menggelisahkan dan mengganggu."