Jumat 23 Jun 2023 13:43 WIB

Kerja Sama Sedekah Energi-ZIS Terus Kembangkan Program Eco-Masjid

Akan dipilih masjid yang sudah menginisiasi gerakan lingkungan di tiap-tiap provinsi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Warga membersihkan panel surya yang menjadi bagian program ramah lingkungan (ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Warga membersihkan panel surya yang menjadi bagian program ramah lingkungan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL - Program Sedekah Energi yang diinisiasi oleh MOSAIC atau Kolaborasi Umat Islam untuk Dampak Iklim telah membantu dua masjid untuk mendapatkan panel surya sebagai sumber energi listrik.

Kedua masjid yang didanai panel surya adalah Masjid Al Ummah Al Islamiyah PP Yami di kaki Gunung Rinjani, Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Masjid Al Muharram di Kampung Brajan, Kabupaten Bantul, DIY.

Menurut Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Gatot Supangkat, kedua masjid ini akan dijadikan percontohan untuk menentukan eco masjid selanjutnya yang akan didanai panel surya.

"Nanti akan kita lihat berapa rekening listriknya. Kalau berkurang setelah dipasang panel surya berarti berhasil, ini indikator suksesnya," ujar Gatot kepada Republika.

Kedua masjid tersebut didanai oleh Program Sedekah Energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena telah mengusung ramah lingkungan dalam kegiatan dakwahnya. Misalnya, untuk Masjid Al Muharram, Bantul, telah secara rutin menjalankan Gerakan Sedekah Sampah (GSS).

Hasil daur ulang sampah yang disedekahkan digunakan oleh masjid untuk berbagai program sosial masyarakat sekitar seperti biaya sekolah untuk anak kurang mampu, sedekah untuk kaum lansia, hingga membiayai warga tidak mampu yang sakit. Biaya pemeliharaan panel surya pun nantinya akan menggunakan hasil dari GSS tersebut.

Bahkan, menurut Gatot, nantinya sedekah sampah ini bisa diintegrasikan dengan program sedekah lainnya. "Seperti sedekah tanaman, bisa mengurangi emisi gas dan penerapan CO2, kebutuhan energi pun jadi lebih berkurang," imbuh Gatot.

Kolaborasi MOSAIC terdiri dari berbagai lembaga seperti MLH Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Purpose Climate Lab, Universitas Gadjah Mada (UGM), Republika, Enter Nusantara, dan lainnya.

Gatot berharap, melalui sinergi berbagai lembaga tersebut, dapat digali bagaimana memanfaatkan Zakat, Infak dan Shodaqoh (ZIS) untuk bidang lingkungan, seperti yang sudah diarahkan oleh LazisMu.

Hal ini karena keberlanjutan dari program sedekah energi ini dapat terlihat dari sinerginya dengan program ZIS. "Sustainability untuk kegiatan ini tentu mengadakan ZIS itu," imbuhnya.

Untuk proyek Sedekah Energi ke depannya, Mosaic akan memantau perkembangan kedua masjid yang sudah mendapatkan panel surya untuk dilihat manfaatnya. Selain itu, nantinya akan dipilih masjid yang sudah menginisiasi gerakan lingkungan di tiap-tiap provinsi.

Ini mengingat setiap wilayah memiliki karakteristik sosial dan budaya yang berbeda-beda. Apalagi menurut Gatot, masalah lingkungan berasal dari habit atau kebiasaan masyarakat, sehingga masing-masing wilayah tidak bisa disamakan.

Pengennya tiap provinsi ada pilot project, sehingga nanti model yg dikembangkan mustinya melihat dari wilayah itu, karena kita harus melihat karakter.

"Karena pertimbangan budaya masyarakat juga penting. Selain ekonomi, budayanya itu penting, karena masalah lingkungan adalah perilaku, kalau teknologi gampang, itu menurut saya yang dapat diubah," ujarnya.

Selain memberi sedekah melalui panel surya, Tim Mosaic dan MLH Muhammadiyah juga memberikan edukasi mengenai lingkungan. Edukasi ini juga telah diberikan kepada warga dan masyarakat sekitar Kampung Brajan ketika panel surya dipasang di Masjid Al Muharram pada Senin (19/6/23).

Tim teknis pemasangan solar panel dari MOSAIC, Nasrul menjelaskan, sebelum panel surya dipasang, pihaknya telah memberikan sosialisasi dan edukasi mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kepada masyarakat sekitar serta kalangan umum.

"Kami sudah mengadakan transfer knowledge kepada masyarakat umum, ada anak muda hingga ibu-ibu tentang panel surya. Ada sekitar 50 orang yang hadir," ungkap Nasrul saat ditemui di Masjid Al Muharram.

Adanya PLTS ini akan membawa perubahan bagi masjid dan lingkungan sekitar, sehingga menurut Nasrul, masyarakat harus diberi pemahaman bahwa panel surya ini merupakan milik bersama. Dengan demikian dapat lebih berkontribusi pada pemanfaatan dan perawatannya di masjid.

Tidak hanya masyarakat sekitar masjid, peserta edukasi mengenai solar panel ini juga dihadiri banyak mahasiswa. Menurut Takmir Masjid Al Muharram, Ustaz Ananto, pemasangan panel surya merupakan cita-cita masjid sejak pertama mengupayakan program lingkungan di masjid.

"Alhamdulillah sekarang semua program eco masjid terpenuhi. Nanti listrik dari panel surya ini sepenuhnya untuk masjid dan jalan," ujar Ustaz Ananto.

Menurut Ustaz Ananto, masjid juga lingkungan sekitar akan sangat terbantu dengan adanya panel surya ini. Hal ini karena Kampung Brajan sering kali mengalami pemadaman listrik, hingga 3-4 hari sekali.

Ia mengungkapkan bahwa seringnya pemadaman kerap mengganggu berbagai kegiatan masjid yang dilaksanakan Hampir setiap hari. Apalagi jalanan yang gelap juga berpotensi menjadi lokasi tindak kriminal.

"Jadi ada panel surya kalau mati listrik pengajian masih jalan, dan jalanan masih terang jadi bisa mengurangi kriminalitas karena kan di sini cukup padat penduduknya," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement