REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putra Presiden RI Sukarno, Guntur Soekarnoputra memberikan pandangannya mengenai pertandingan sepakbola antara tim nasional (timnas) Indonesia dan Argentina belum lama ini. Pertandingan tersebut menurutnya bukan tentang menang atau kalah. Melainkan pengalaman yang sangat berarti bagi bangsa terutama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
"Secara logika sudah dapat diperkirakan bagaimana hasilnya, kecuali ada mukjizat dari langit, akan tetapi masalahnya bukan kalah atau menang, melainkan pengalaman yang amat berharga tersebut diharapkan dapat mengembalikan masa emas PSSI pada tahun-tahun 50-60-an," ujar Guntur Soekarno dalam keterangannya kepada Republika pada Kamis (22/6/2023).
Ketua Dewan Ideologi DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) tersebut menceritakan, kala itu PSSI dipandang tinggi dalam dunia sepak bola dunia, khususnya di Asia. Kesebelasan kelas dunia yang dapat melawan PSSI saat itu termasuk timnas Yugoslavia, Uni Soviet, dan beberapa kesebelasan dari Amerika Latin hingga Korea Utara.
Guntur juga membanggakan kekuatan PSSI yang bersumber dari pendidikan watak dan jiwa bangsa dalam mencintai Tanah Air. Kemasyhuran PSSI kala itu juga bersumber dari keikhlasan para pemain dalam menjalankan perannya sehingga mereka tak mengharapkan adanya imbalan berupa materi.
"Selain itu rasa solidaritas internal antarpemainnya sangat kuat, sehingga disiplin internal kesebelasan menjadi sangat kuat, tak mudah patah semangat walaupun mengalami kekalahan," katanya.
Guntur juga berbagi pengalaman soal sosok pemimpin saat masa keemasan terjadi di PSSI. Menurut dia, baik presiden maupun wakil presiden di era itu selalu hadir bila ada pertandingan dengan klub luar negeri.
"Bahkan biasanya presiden melakukan tendangan kehormatan untuk membuka jalannya pertandingan dan di saat jeda turun main yang bersangkutan selalu mengunjungi para pemain Indonesia di ruang ganti pakaian untuk memberikan support moril kepada para pemain," katanya.
Dia menyayangkan kebiasaan itu sudah tak lagi terjadi di era reformasi. Menurutnya, pamor PSSI sudah memudar. Bahkan, menurutnya, bisa dikatakan seluruh cabang olahraga di Indonesia tidak sehebat serta sekuat dulu.
Padahal sudah ditopang dengan pemberian bonus bagi para atlet. Tak hanya bagi sepakbola, namun juga cabang olahraga lain, seperti bulu tangkis, atletik dan lain sebagainya.
Tak dapat Dipisah dengan Politik
Guntur kemudian menilik pemikiran ayahnya dulu mengenai dunia olahraga. Sukarno, kata dia menilai bahwa dunia olahraga tidak dapat dipisahkan dari politik.
"Maka, dari sudut pandang demikian tentunya ada yang salah urus secara politis di bidang olahraga Indonesia. Ada baiknya menpora saat ini memantau secara terus dan menerus hal tersebut dan segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya sebelum dunia olahraga kita mengalami dekadensi," katanya
Dalam hal ini, dia mencontohkan ketidakhadiran bintang sepakbola dunia Argentina Lionel Messi ke Indonesia yang langsung membuat kecewa para penggemarnya. Kendati begitu, dia mempertanyakan kecintaan penggemar Indonesia. Apakah ingin menyaksikan kesebelasan kaliber dunia Argentina bertanding di Indonesia ataukah ingin melihat Lionel Messi?
"Kalau saja sebenarnya penggemar sepak bola Indonesia tujuannya adalah hanya perlu menonton kebolehan Lionel Messi bermain sepak bola, undang saja maestro tadi sorangan wae untuk bermain di U-20 melawan U-22. Selesai urusan," kata Guntur.
"Lalu saya sampai menghubungi pakar sepakbola tentang batalnya Messi ke Indonesia dan katanya Messi sedang dalam masa cuti. Kalau begitu undang saja Lionel Messi ke Bali atau Labuan Bajo," kata dia.