Sabtu 24 Jun 2023 12:30 WIB

Soal Al-Zaytun, Putra Pendiri NU: Alirannya Berbeda dengan Aswaja

Diduga, ideologi pancasila pimpinan Al-Zaytun hanyalah kamuflase belaka. 

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Putra dari KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Hasib Wahab.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Putra dari KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Hasib Wahab.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putra pahlawan nasional dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Hasib Wahab Hasbullah angkat bicara soal Ponpes Al-Zaytun yang sedang mendapat sorotan karena dugaan ajaran sesat yang dilakukan pimpinannya, Panji Gumilang.

Kiai Hasib mengatakan, aliran paham keagamaan dan kebangsaan yang dianut oleh Pesantren Al-Zaytun berbeda dengan aliran paham Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang dianut oleh mayoritas umat Islam di Indonesia.

Baca Juga

“Dilihat dari latar belakang pemikirannya  itu kan memang suatu pengejawantahan daripada kelanjutan negara Islam (NII). Jadi, otomatis alirannya beda dengan Aswaja yang moderat,” ujar Kiai Hasib kepada Republika.co.id saat ditemui di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (23/6/2023).

Bahkan, Kiai Hasib menduga, keyakinan pimpinan Al-Zaytun terhadap ideologi Pancasila hanyalah kamuflase belaka. Menurut dia, Pesantren Al-Zaytun patut diduga sebagai salah satu pusat gerakan NII yang mengajarkan ideologi yang radikal.

“Pancasilanya itu merupakan suatu kamuflase atau bagiamana. Tapi niat pertamanya itu yaitu, supaya membentuk suatu generasi penerus yang Wahabi lah, dalam arti paham yang keras,” ucap Kiai Hasib.

Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang ini mengatakan, dulu Al-Zaytun menjadi kuat karena dilindungi oleh pemerintah Orde Baru. Namun, menurut dia, sekarang ini masyarakat sudah lebih cerdas.

“Jadi, ndak bisa dengan cara-cara kayak dulu, apalagi cara syariatnya itu berbeda, bertolak belakang dengan lazimnya orang Islam di Indonesia yang mayoritas adalah Aswaja,” kata Kiai Hasib.

Jadi, dia menegaskan kembali bahwa jika pun Al-Zaytun atau Pani Gumilang nantinya terbukti tidak melanggar undang-undang dan mengakui Pancasila sebagai ideologi, itu hanyalah kamuflase saja. Di balik itu, menurut dia, sebenarnya Panji Gumilang ingin mendirikan negara Islam.  

“Jadi analisa saya, dia bagaimana pun ingin mendiriikan negara Islam. Karena itu harus diinvestigasi. Dan kalau sudah tahu begitu, pemerintah harus tegas, tidak boleh untuk dikembangkan,” kata Kiai Hasib.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement