REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oleh-oleh pertemuan G20 November tahun lalu adalah skema Just Energy Transition Partnership (JETP). Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia punya segudang proyek transisi energi yang siap dijalankan dengan skema pendanaan tersebut.
Hanya saja, nilai 20 miliar dolar US yang dijanjikan negara G20 dalam skema JETP perlu dicari konklusinya. Sebab, kata Luhut justru pemerintah menagih realisasi niat negara G20 dalam merealisasikan pencairan dana tersebut.
"Indonesia, persiapan untuk 20 miliar dolar itu sudah siap. Nah, ini tinggal dari mereka. Jadi apakah uangnya ada apa enggak, tanya mereka (G20)," ujar Luhut di Djakarta Teater, Sabtu (24/6/2023).
Luhut menilai, saat ini Indonesia mempunyai banyak sekali proyek yang siap dieksekusi. Misalnya, agenda mempensiunkan PLTU untuk mengurangi emisi karbon di sektor kelistrikan, indonesia sudah menyiapkan beberapa pembangkit dengan perhitungan ongkos penghentiannya.
Selain itu, untuk pengembangan kendaraan listrik. Kata Luhut Indonesia sudah sangat maju untuk proyek kendaraan listrik ini. Mulai dari regulasi, insentif yang besar, pendorong pertumbuhan industri hingga infrastruktur pengisian daya.
"Kendalanya ya tanya mereka. Kita sudah siapkan kok, mana proyek proyeknya. Paralel semua retrirement sama soal EV. Semua kita bahkan sudah jalankan," ujar Luhut.
Luhut juga meminta kepada masyarakat maupun stakeholder lain untuk bisa sama sama mendukung proyek transisi energi ini. Kata dia, soal iklim ini bukan lagi persoalan satu negara tetapi untuk masa depan dunia.
"Asal kompak. Jangan bicara politik aja, bicara gini. Ini mengingatkan kita semua soal climate change, ini bukan urusan partai, agama. Kalau kita salah mengelola ini kita masalah kedepannya," ujar Luhut.