REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Tentara bayaran Rusia, Grup Wagner yang dipimpin Yevgeny Prigozhin merebut kendali kota selatan Rusia, sebagai bagian dari upaya untuk menggulingkan kepemimpinan militer.
Dalam pemberontakan bersenjata pertama Rusia sejak perang Chechnya beberapa dekade lalu, para pejuang bersenjata berat dari milisi Wagner menguasai jalan-jalan Rostov-on-Don, sebuah kota berpenduduk lebih dari satu juta orang yang dekat dengan perbatasan Ukraina.
Prigozhin mengatakan, dia telah merebut markas Distrik Militer Selatan Rusia setelah memimpin pasukannya menuju ke Rusia dari Ukraina. Distrik militer di Rostov berfungsi sebagai pusat logistik utama untuk seluruh pasukan invasi Rusia.
Penduduk kota setempat berseliweran, dan merekam video dengan ponsel mereka saat pejuang Wagner dengan kendaraan lapis baja dan tank tempur besar mengambil posisi di pusat kota.
Sumber keamanan Rusia mengatakan kepada Reuters, pejuang Wagner juga telah merebut fasilitas militer di Kota Voronezh. Sementara di Moskow, ada peningkatan keamanan di jalan-jalan dan Lapangan Merah diblokir oleh penghalang logam.
"Ambisi berlebihan dan kepentingan pribadi telah menyebabkan pengkhianatan," kata Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam pidato yang disiarkan di televisi.
Putin menyebut pemberontakan oleh Grup Wagner merupakan pukulan bagi Rusia. Putin menegaskan, semua pihak yang melakukan pengkhianatan terhadap Rusia akan menerima hukuman yang setimpal.
"Dan tindakan kami untuk mempertahankan Tanah Air dari ancaman semacam itu akan sangat keras. Semua orang yang dengan sengaja melangkah di jalan pengkhianatan, yang mempersiapkan pemberontakan bersenjata, yang mengambil jalan pemerasan dan metode teroris, akan menderita hukuman yang tak terelakkan, akan bertanggung jawab baik kepada hukum maupun rakyat kita," ujar Putin.
Prigozhin meminta Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov datang menemuinya di Rostov. Prigozhin dengan nada menantang mengatakan bahwa, dia dan pasukannya tidak berniat menyerahkan diri.
"Presiden membuat kesalahan besar ketika berbicara tentang pengkhianatan. Kami adalah patriot tanah air, kami berjuang dan berjuang untuk itu. Kami tidak ingin negara terus hidup dalam korupsi dan penipuan," kata Prigozhin dalam pesan audio.
Prigozhin adalah mantan narapidana dan..