Ahad 25 Jun 2023 07:38 WIB

Kesepakatan Apa yang Membuat Wagner tak Jadi Perangi Moskow?

Belarusia membantu tercapainya kesepakatan Wagner dan Moskow.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berbicara dengan  juru bicara Kremlin Dmitry Peskov (kedua kanan) dalam KTT G-20 di Antalya, Turki, Senin, 16 November 2015.
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berbicara dengan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov (kedua kanan) dalam KTT G-20 di Antalya, Turki, Senin, 16 November 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pasukan Wagner yang dipimpin Yevgeny Prighozin akhirnya memilih berbalik arah, tak jadi berperang melawan Moskow. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko berperan memediasi hingga akhirnya Prighozin mengurungkan niatnya ke Moskow. 

‘’Presiden Belarusia memberikan penjelasan mengenai situasi ini melalui saluran yang ia miliki. Ia telah berbicara dengan pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, dalam koordinasi dengan Presiden Rusia,’’ demikian pernyataan Pemerintah Belarusia, Sabtu (24/6/2023).  

Pembicaraan berjalan mulus hingga mencapai kesepakatan.’’Pembicaraan berlangsung seharian. Hasilnya, mereka mencapai kesepakatan untuk menghindari pertumpahan darah di wilayah Rusia.’’

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menuturkan, Lukashenko menawarkan diri menjadi mediator dengan persetujuan dari Presiden Vladimir Putin. Lukashenko, ia menambahkan, kenal secara pribadi dengan bos Wagner, Prighozin selama 20 tahunan.

Lalu apa saja kesepakatan yang terjadi sehingga akhirnya Wagner berbalik arah? Peskov menjelaskan, kasus kriminal yang sebelumnya ditetapkan atas Prigozhin karena pemberontakan militer yang dilakukannya, dibatalkan. 

Tentara Wagner yang terlibat dengan pemberontakan dengan sebutan  "march for justice" ini tak akan menghadapi tindakan apapun. Dengan pertimbangan, mereka telah memberikan andil dalam perang Rusia melawan Ukraina. 

Pasukan yang tak ambil bagian dalam pergerakan menuju Moskow itu, akan menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia. Kontrak tersebut terkait keinginan kementerian untuk mengintegrasikan mereka ke dalam kendalinya mulai 1 Juli mendatang. 

Meski sebelumnya Putin menyerukan akan menghukum mereka yang terlibat pemberontakan, Peskov menyatakan kesepakatan tersebut memiliki tujuan yang lebih tinggi dari sekadar menjatuhkan hukuman, yaitu menghindari konfrontasi dan pertumpahan darah. 

Di sisi lain, Peskov menolak menjawab apa saja konsensi yang diberikan kepada Prigozhin, selain jaminan keamanan baginya dan pasukannya sehingga membuat mereka tak melanjutkan gerak cepatnya menuju Moskow guna menggulingkan militer Rusia. 

Peskov hanya menyebut peristiwa ini tragis. ‘’Tak ada kondisi tertentu lainnya yang bisa saya katakana kepada Anda semua,’’ ujarnya. 

Prigozhin mendesak Moskow menyerahkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Angkatan Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov kepada dirinya. Mereka dianggap bertanggung jawab atas kematian sejumlah pasukannya. 

Sebab, selama ini mereka menghambat pasokan amunisi untuk pasukannya yang bertempur untuk Rusia di Ukraina. Peskov tak memberikan tegas apakah akan ada perombakan di Kementerian Pertahanan atas kesepakatan dengan Prighozin ini. 

‘’Berdasarkan konstitusi, ini hak prerogatif komando tertinggi yakni Putin. Maka isu ini tak akan dibicarakan kecuali ada keputusan dari Putin,’’ jelas Peskov. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement