Ahad 25 Jun 2023 10:54 WIB

Cara Menghemat Oksigen Bila Terjebak dalam Situasi Darurat, Misalnya Kapal Selam Tenggelam

Ketika menahan napas, kita justru menciptakan respons stres.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Kapal selam wisata yang membawa lima wisatawan untuk melihat bangkai kapal Titanic mengalami implosi.
Foto: AP
Kapal selam wisata yang membawa lima wisatawan untuk melihat bangkai kapal Titanic mengalami implosi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak ada seorang pun yang ingin berada dalam situasi darurat, di mana persediaan oksigen sangat terbatas. Di sisi lain, tak ada yang bisa memprediksi kapan situasi darurat seperti itu akan terjadi.

Tragedi yang menimpa kapal selam Titan belum lama ini merupakan salah satu contohnya. Saat ini, sudah terkonfirmasi bahwa kapal selam wisata Titanic tersebut mengalami implosi atau delakan yang menewaskan semua penumpang dalam waktu singkat.

Baca Juga

Andaikan implosi tak terjadi, para penumpang yang terjebak di dalam kapal selam Titan harus menggantungkan hidup mereka pada persediaan oksigen yang terbatas. Menurut laporan US Coast Guard, kapal selam Titan hanya memiliki cadangan oksigen untuk 70-96 jam.

Bila terjebak dalam sebuah situasi dengan persediaan oksigen yang terbatas, banyak orang mungkin akan memilih untuk "menghemat" napas. Mereka akan mencoba untuk bernapas sedangkal mungkin atau bahkan menahan napas agar tidak menghabiskan banyak oksigen.

Menurut mantan perawat kedaruratan, Micah Bedrosian, langkah tersebut sebaiknya tidak dilakukan. Menahan napas atau bernapas secara dangkal hanya akan memicu dan memperberat respons panik.

"Cara Anda bernapas memengaruhi cara Anda berpikir," jelas Bedrosian, seperti dilansir Insider pada Jumat (23/6/2023).

Mengontrol napas merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam situasi darurat. Kontrol napas yang baik dapat membantu meregulasi sistem saraf dan memunculkan rasa tenang. Mengatur napas agar lebih tenang juga dapat membuat orang-orang di sekitar menjadi lebih tenang.

"Ketika kita menahan napas, kita justru menciptakan respons stres," ungkap Bedrosian.

Menurut Bedrosian, teknik bernapas mindful tak hanya berguna saat seseorang terjebak di dalam kapal selam. Teknik ini juga bermanfaat untuk diterapkan dalam situasi darurat lain yang menyebabkan persediaan oksigen terbatas. Sebagian di antaranya adalah krisis di laut dalam atau terjebak di dalam kereta bawah tanah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement