REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Utusan Khusus Presiden Rusia untuk Timur Tengah dan Afrika Mikhail Bogdanov melakukan percakapan via telepon dengan Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina Hussein al-Sheikh. Mereka membahas tentang perkembangan situasi di wilayah Palestina.
"Selama percakapan, situasi saat ini di wilayah Palestina yang diduduki dibahas dan keprihatinan diungkapkan tentang meningkatnya ketegangan di zona konflik Palestina-Israel," kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia dalam keterangannya terkait percakapan Bogdanov dengan al-Sheikh, dikutip kantor berita Rusia, TASS, Sabtu (24/6/2023).
Pada kesempatan itu, Bogdanov menyatakan bahwa Rusia mendukung penyelesaian konflik Israel-Palestina atas dasar hukum internasional yang dikenal. “Menetapkan pembentukan negara Palestina merdeka dalam perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, hidup dalam damai dan aman dengan Israel,” kata Kemenlu Rusia.
Pada Sabtu lalu, Kemenlu Palestina menuding pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas meningkatkan aksi kekerasan yang dilakukan para pemukim Yahudi Israel terhadap warga Palestina. “Ini mencerminkan kebijakan yang diadopsi oleh pemerintahan sayap kanan Netanyahu serta merupakan cerminan langsung dari kampanye hasutan untuk membunuh warga Palestina, terutama oleh ekstremis rasialis seperti (Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar) Ben-Gvir dan para pengikutnya,” kata Kemenlu Palestina, dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA.
“Koalisi Israel yang berkuasa secara sistematis merusak setiap upaya regional dan internasional untuk memulihkan cakrawala politik guna menyelesaikan konflik serta menciptakan lebih banyak eskalasi dalam upaya memaksakan logika pendudukan militer,” ujar Kemenlu Palestina.
Kemenlu Palestina juga mengutuk peningkatan kejahatan dan pelanggaran oleh pasukan Israel terhadap rakyat Palestina. Palestina meminta masyarakat internasional menghentikan kebijakan standar ganda dalam menangani hukum internasional, resolusi legitimasi internasional, dan perjanjian yang ditandatangani di bawah naungan internasional.
Pasukan Israel menggelar operasi penyerbuan ke kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, Senin (19/6/2023) lalu. “Tentara (Israel) menyerbu kamp (pengungsi Jenin) dan kota setelah salat Subuh dalam jumlah besar, dan terjadi baku tembak yang intens,” kata Wakil Gubernur Jenin Kamal Abu al-Rub.
Kelompok perlawanan Palestina, Jihad Islam, mengaku terlibat dalam aksi baku tembak dengan pasukan Israel di Jenin. Dalam operasinya, Israel turut mengerahkan helikopter militer. Lewat keterangan resminya, militer Israel mengatakan, mereka melancarkan penyerbuan ke kamp pengungsi Jenin untuk menangkap warga Palestina yang diduga melakukan aksi penyerangan.
Menurut militer Israel, beberapa warga Palestina yang bersenjata tertembak dalam baku tembak. Kantor berita Palestina, WAFA, mengungkapkan, ketika melancarkan aksinya, pasukan Israel menggunakan peluru tajam, gas air mata, dan granat kejut terhadap warga sipil. Sebanyak enam warga Palestina, satu di antaranya adalah anak-anak, tewas dalam operasi penyerbuan Israel. Sementara lebih dari 90 lainnya mengalami luka-luka. Sepanjang tahun ini, Israel tercatat telah membunuh lebih dari 160 warga Palestina.