Ahad 25 Jun 2023 14:06 WIB

Pemimpin Houthi Yaman Tiba di Arab Saudi untuk Haji Pertama Kali Sejak 2014

Rombongan pemimpin Houthi melakukan ibadah haji tahun ini

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Jamaah haji Ilustrasi. Rombongan pemimpin Houthi melakukan ibadah haji tahun ini
Foto: EPA-EFE/ASHRAF AMRA
Jamaah haji Ilustrasi. Rombongan pemimpin Houthi melakukan ibadah haji tahun ini

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Penerbangan yang membawa calon jamaah haji dari kelompok pemberontak Houthi Yaman meninggalkan ibu kota Sanaa menuju Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Ini menjadi yang pertama kalinya para pemimpin Houthi terbang dari Sanaa ke Arab Saudi untuk menunaikan haji sejak 2014.

Sejumlah pemimpin Houthi ikut dalam penerbangan tersebut, termasuk Wakil Menteri Bimbingan Allama Fouad Naji dan negosiator Houthi Yahya al-Razami, sebagaimana dilansir Anadolu Agency yang mengutip dari kantor berita Saba yang dikelola Houthi, Ahad (25/6/2023).

Baca Juga

Hingga kini tidak ada tanggapan dari otoritas Arab Saudi atas laporan tersebut. Pada Sabtu kemarin, sebuah penerbangan komersial yang membawa 275 jamaah haji Yaman berangkat dari bandara Sanaa ke Arab Saudi untuk ritual ibadah haji.

Haji, ziarah ke situs paling suci Islam, Ka'bah di Makkah, adalah salah satu dari lima rukun Islam. Muslim diwajibkan untuk melakukannya setidaknya sekali dalam hidup jika mereka memiliki kemampuan dari sisi fisik dan keuangan.

Yaman dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014. Ini terjadi ketika pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sanaa.

Situasi meningkat ketika koalisi militer pimpinan Saudi memasuki perang tersebut pada tahun 2015 untuk membalikkan keuntungan militer Houthi dan mengembalikan pemerintah Yaman. Sejak 2016, koalisi pimpinan Saudi memberlakukan blokade di bandara Sanaa sebagai bagian dari kampanye melawan pemberontak Houthi.

Baca juga: Mengapa Tuyul Bisa Leluasa Masuk Rumah? Ini Beberapa Penyebabnya

 

Negara yang dilanda perang, bagaimanapun, mulai menyaksikan keadaan deeskalasi baru-baru ini setelah sembilan tahun pertempuran di tengah upaya PBB untuk menyelesaikan konflik itu.

Ratusan ribu orang tewas dalam pertempuran atau karena penyebab tidak langsung, seperti kekurangan makanan atau air yang oleh PBB disebut sebagai salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

Namun, terlepas dari serangan bom koalisi dan bentrokan darat, Houthi, yang menguasai Sanaa pada 2014 dan menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional, berhasil menguasai sebagian besar wilayah negara itu. Houthi menguasai sebagian besar Yaman utara pada 2016.    

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement