Ahad 25 Jun 2023 22:45 WIB

Aktivis Soroti Perbedaan Mencolok Penyelamatan Kapal Selam Titan dan Kapal Imigran

Tenggelamnya kapal selam Titan dan kapal imigran ditangani dengan sangat berbeda.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Kisah penyelamatan dua insiden kecelakaan laut yang terjadi hampir serentak, antara kapal selam Titan dan kapal imigran mendapatkan penanganan yang sangat berbeda.
Foto: AP
Kisah penyelamatan dua insiden kecelakaan laut yang terjadi hampir serentak, antara kapal selam Titan dan kapal imigran mendapatkan penanganan yang sangat berbeda.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kisah penyelamatan dua insiden kecelakaan laut yang terjadi hampir serentak, antara kapal selam Titan dan kapal imigran mendapatkan penanganan yang sangat berbeda.

Kapal imigran yang karam, merupakan sebuah kapal nelayan kayu, berlayar tanpa teknologi canggih, dengan penumpang penuh sesak dari ratusan migran. Kapal ini melakukan perjalanan dari Libya ke Italia, namun akhirnya tenggelam di perairan Yunani pekan lalu. Meskipun ratusan orang imigran masih hilang dan pastikan tewas, namun upaya penyelamatan ini hanya melibatkan sedikit tim pencarian internasional.

Baca Juga

Hal ini berbeda dengan upaya penyelamatan kapal selam Titan yang sedang berwisata melihat puing kapal Titanic. Tim penyelamat dari berbagai negara berlomba untuk menemukan segelintir orang kaya yang hilang kontak di Atlantik.

Porsi penyelamatan yang berbeda ke kapal imigran ini, membuat frustasi aktivis hak asasi manusia karena dunia tampaknya telah didedikasikan untuk upaya penyelamatan Titan, yang jauh lebih penting daripada upaya penyelamatan ratusan migran yang tenggelam.

"Ini adalah kontras yang mengerikan dan menjijikkan," kata Judith Sunderland, Direktur Asosiasi untuk divisi Eropa dan Asia Tengah di Human Rights Watch, dalam sebuah wawancara telepon. Ia merefleksikan kesenjangan yang nyata penggunaan sumber daya dan perhatian media pada kedua krisis tersebut.

"Kesediaan untuk membiarkan orang-orang tertentu mati, sementara segala upaya dilakukan untuk menyelamatkan orang lain... ini adalah, Anda tahu, refleksi yang sangat kelam tentang kemanusiaan," katanya.

Sunderland tidak sendirian dalam menyuarakan keprihatinan atas perbedaan upaya penyelamatan itu. Halaman depan media Barat beberapa hari terakhir didominasi oleh pencarian kapal selam yang hilang, kata Josie Naughton, salah satu pendiri dan CEO Choose Love, sebuah organisasi nonpemerintah yang berbasis di Inggris, yang menyuarakan nasib pengungsi di seluruh dunia.

Ia mengatakan bahwa ribuan artikel tampaknya telah diterbitkan mengenai kapal selam tersebut daripada mengabarkan nasib ratusan orang di kapal imigran. "Jumlah orang yang dikhawatirkan kehilangan nyawa dan orang-orang ini 100 kali lebih banyak, mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka, untuk mencari tempat yang aman," katanya.

"Meskipun tentu saja kami sangat berharap agar lima awak di dalam kapal selam Titan dapat selamat, namun hal ini membuat Anda bertanya-tanya, apa bedanya dalam hal bagaimana media meliputnya dan juga dalam hal bagaimana, Anda tahu, pemerintah dan infrastruktur pemerintah merespons," tambah Naughton. "Mengapa begitu berbeda?"

Sunderland mengatakan bahwa dia tidak terkejut bahwa pencarian Titan dan para penumpangnya lebih menarik perhatian media. Fokus mereka selalu pada "orang-orang yang sangat kaya" yang berpotensi "meninggal dalam perjalanan yang sia-sia, Anda tahu, itu adalah 'cerita yang bagus,'" katanya. "Masalah yang sebenarnya dalam pikiran saya adalah masalah sumber daya."

Sementara ratusan orang bisa dipastikan tewas dalam kecelakaan kapal imigran di lepas pantai Yunani. Pihak berwenang Yunani sejauh ini telah menemukan setidaknya 81 mayat, dan lebih dari 100 penumpang telah diselamatkan, termasuk warga Pakistan, Mesir, Suriah, Afghanistan, dan Palestina. Gianluca Rocco, kepala bagian Yunani dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, badan migrasi PBB, menyebutnya sebagai ini "salah satu tragedi terbesar di Mediterania."

Seniman Oliver Jeffers berbagi perasaannya dengan sebuah kartun pada hari Selasa, yang menandai Hari Pengungsi Sedunia. Kartun tersebut menggambarkan seorang kru berita yang memfokuskan kameranya pada sebuah kapal di bawah laut sambil memalingkan muka dari orang-orang yang terlihat tenggelam di perairan di dekatnya.

"Sementara kita terpaku pada berita tentang lima awak kapal yang sebagian besar orang kaya, yang hilang di kapal selam dalam perjalanan mereka untuk mencari reruntuhan kapal yang karam. Hari ini adalah Hari Pengungsi Sedunia, dan baru minggu lalu sebuah kapal yang membawa ratusan pengungsi tenggelam di lepas pantai Yunani," tulis Jeffers di sebuah unggahan Instagram yang menyertai gambar tersebut.

"Banyak orang (termasuk anak-anak) kehilangan nyawa mereka di kapal yang tenggelam itu dalam perjalanan mereka untuk mencari kehidupan yang lebih aman," katanya. "Sulit untuk tidak bersikap sinis terhadap kondisi masyarakat, bahwa kisah ini telah mencengkeram kita di tengah-tengah krisis pengungsi dan kemanusiaan yang terus meningkat. Banyak orang yang meninggal setiap hari, dan tidak mendapatkan perhatian yang cukup," ujar Jeffers.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement