Senin 26 Jun 2023 13:04 WIB

Pemerintah Terus Berupaya Perluas Sosialisasi Tanda Label Hemat Energi

Semakin tinggi bintang yang tertera di label, semakin hemat energi.

Diskusi bertemakan Memperluas Sosialisasi Tanda Label Hemat Energi di H Tower Lantai 21, Kuningan, Jakarta Selatan.
Foto: Dok.
Diskusi bertemakan Memperluas Sosialisasi Tanda Label Hemat Energi di H Tower Lantai 21, Kuningan, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia kerap belum sepenuhnya sadar terkait label tanda hemat energi (LTHE) saat membeli air conditioner (AC) split. Masyarakat cenderung membeli AC split dengan mempertimbangkan harga yang terjangkau sesuai dengan keuangan mereka dan daya listrik rendah. Selain itu, mereka juga tertarik dengan promosi yang gencar dilakukan oleh penjual.

“Ini tantangannya, apalagi bila berhadapan dengan ibu-ibu. Mereka cenderung melihat harganya, tanpa melihat label tanda hemat energi (LTHE). Sama-sama AC yang low watt, tetapi mereka pilih AC yang harganya lebih murah,” ujar Direktur Konservasi Energi  Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)  Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM) Gigih Udi Atmo saat menjadi narasumber dalam diskusi bertemakan 'Memperluas Sosialisasi Tanda Label Hemat Energi' di H Tower Lantai 21, Kuningan, Jakarta Selatan, dilansir pada Senin (26/6/2023). 

Baca Juga

Menurut dia, hal yang harus diperhatikan pada saat membeli AC split adalah label tanda hemat energi. Gigih menambahkan, teknologi semakin maju dan meningkat efisiennya. Semakin tinggi bintang yang tertera di label, semakin hemat energi. Namun, harga jualnya mahal.

“Sama-sama low watt, tetapi perhatikan label tanda hemat energinya. Kalau yang tertera dalam label itu bintang lima, semakin hemat energi. Memang harganya mahal, tetapi biaya tagihan listrik setiap bulannya lebih murah dibanding dengan AC low watt bintang satu atau dua,” ujar Gigih.

Gigih mengatakan, Ditjen EBTKE Kemen ESDM gencar melakukan sosialisasi label hemat energi. Dalam berbagai cara dan pelibatan sejumlah pihak, seperti asosiasi, praktisi, produsen, sampai sosialisasi langsung ke ibu-ibu PKK (pemberdayaan kesejahteraan keluarga). Ini agar masyarakat cermat memilih produk. Sosialisasi juga dilakukan lewat media massa, televisi, dan media sosial (medsos).

Saat ini, dia melanjutkan, Ditjen EBTKE Kemen ESDM sudah mulai melakukan kerja sama juga dengan marketplace dalam memperluas sosialisasi label hemat energi.

Pada Januari 2015, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan peraturan untuk produsen AC. Peraturan tersebut bertujuan untuk seluruh produsen pembuat AC yang masuk ke Indonesia lebih meningkatkan efisiensi energi listrik agar pengguna menikmati AC hemat listrik.

Peraturan tersebut mulai diberlakukan pada Agustus 2016. Ini hanya berlaku untuk AC perumahan dengan type single split wall mounted dan dengan EER minimum (energy efficiency ratio) sebesar 8,53 persen (inverter) dan tipe noninventer.

Pada 1 Agustus 2016, pemerintah mengeluarkan regulasi SKEM (standar kinerja energi minimum) berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 7 Tahun 2015 tentang Penerapan Standar Kinerja Energi Minimum dan Pencantuman Label Tanda Hemat Energi untuk Piranti Pengkondisi Udara (AC). Regulasi itu ditandai dengan label AC hemat listrik, memiliki tanda empat bintang, dan disempurnakan kembali pada 2021 menjadi bintang lima. Regulasi itu juga diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 33/2023 tentang Konservasi Energi. Ini PP terbaru yang belum lama dikeluarkan pemerintah.

Label AC hemat energi ini merupakan suatu upaya pemerintah dalam mengurangi emisi global. Label AC hemat energi ini hanya terdapat pada produk yang telah lolos uji berdasarkan ketentuan dari pemerintah. 

Ia menambahkan, label hemat energi hal yang wajib dibubuhkan oleh produsen untuk membendung produk-produk buangan dari negara lain masuk ke Indonesia.

Narasumber lainnya, Presiden American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers (Ashrae) Indonesia Chapter, Herlin Herlianika mengakui makin panasnya udara akhir-akhir ini membuat banyak orang memutuskan memasang AC split di rumah maupun kantor.

“Namun apakah keputusan masyarakat luas saat membeli AC sudah juga memahami konsekuensi biaya listriknya? Pastinya sudah, tapi belum tentu benar,” ujar Herlina.

Dari hasil survei yang dilakukan Ashrae Indonesia Chapter menunjukkan hanya lima persen masyarakat Indonesia pengguna AC split. Dan dari jumlah tersebut, hanya 6,5 persen yang mengetahui label tanda hemat energi.

“Ashrae terpanggil untuk mengampanyekan ini. Buat apa regulasi dibuat sejak 2015, tapi impact-nya tidak ada,” ujar Herlin.

Ia berharap label hemat energi ini bisa dikenal dan dipahami seluruh masyatakat Indonesia.

Direktur Utama (Dirut) PT Indonesia Digital Pos yang menaungi Indopos.co.id dan Indoposco Syarif Hidayatullah mendorong dukungan insan media atas kampanye kesadaran isu lingkungan. Ini mengingat dampak pemberitaan media massa atas isu lingkungan sangat signifikan. 

"Butuh peningkatan kesadaran jurnalis dan pemilik untuk lebih mengedepankan isu lingkungan," kata dia.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gabungan Perusahaan Industri Elektronik dan Alat-alat Listrik Rumah Tangga Indonesia (Gabel) Daniel Suhardiman menambahkan, seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar, harga bahan baku produk elektronik sudah naik. Saat ini para pelaku pasar masih menghitung dampak kenaikan harga jual.

Sebelumnya, akibat kenaikan biaya pengapalan (freight rate) saja membuat harga elektronik secara umum naik sekitar dua persen sampai lima persen.

“Dampak kemungkinan akan dirasakan apabila rupiah dalam waktu dekat masih melemah, para pelaku pasar terpaksa menaikkan harga jual. Bagi industri dalam negeri, ini sangat sulit,” katanya.

Christine Egan CEO CLASP dalam bahasa Inggris mengatakan, CLASP Indonesia sudah menandatangani kerja sama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM pada Jumat (23/6/2023).

CLASP adalah organisasi nirlaba internasional yang menyediakan dukungan teknis dan kebijakan kepada pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan bekerja untuk mengimplementasikan standar efisiensi energi dan label (S&L) untuk peralatan, pencahayaan, dan peralatan. Organisasi ini memiliki keahlian khusus dalam menerbitkan studi dan analisis yang relevan bagi praktisi S&L.

Misi CLASP, yakni meningkatkan kinerja energi dan lingkungan dari peralatan yang digunakan sehari-hari, mempercepat peralihan ke dunia yang lebih berkelanjutan. Salah satu kegiatannya mendukung program pemerintah dalam sosialisasi LTHE. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement