REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja ekspor sawit tercatat mengalami penurunan sepanjang kuartal I 2023. Sejumlah faktor global masih menghantui pasar industri sawit nasional di tahun ini. Lesunya ekspor sawit lantasn menjadi fokus pemerintah lantaran menjadi sektor strategis yang berperan besar terhadap penerimaan devisa.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor sawit sepanjang kuartal I 2023 tercatat sebesar 5,92 miliar dolar AS, atau turun 11,34 persen dari kuartal I 2023 yang mencapai 6,67 miliar dolar AS.
"Ini semua disebabkan menurunnya harga CPO di pasar global," ujar Deputi Kemenko Perekonomian, Musdalifah dalam sebuah dialog yang digelar di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Musdalifah menjelaskan, sebenarnya yang terjadi bukan sebatas penurunan harga. Namun, terdapat penyesuaian harga dengan minyak nabati dunia lain disertai dengan adanya gangguan perubahan ikim. Mau tak mau, harga minyak sawit ikut terkoreksi.
Ia pun memastikan, pemerintah menjaga keberlanjutan sawit Indonesia. Pasalnya, tantangan kelapa sawit tidak hanya berasal luar negeri, namun gangguan domestik tetap berpotensi menghambat ekspor sawit.
Terlebih, sumbangan devisa dari ekspor sawit telah mengalami kenaikan dari 1,04 miliar dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 29,65 miliar dolar AS pada 2022 dibanding tahun sebelumnya.
"Dunia sedang dalam ketidakpastian akibat kita baru saja melalui Covid-19, kita juga dihadapi geopolitik yang beri dampak signifikan terhadap kondisi perekonomian dunia. Kita semua bekerja keras pulihkan ekonomi,” kata dia.